Kupi Beungoh

Putin, Ukraina, dan Perang Dunia 3 (I): Denazifikasi dan Demiliterisasi Ukraina

Tuduhan Putin kepada Ukraina adalah perlakuan rezim Kiev-baca Kyv-, ibukota Ukraina terhadap kawasan Donetsk dan Luhansk yang melakukan pemberontakan

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Handover
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Saat itu pasukan Rusia hanya berjarak sekitar 60 kilometer dari Ibu Kota Georgia, Tbilisi.

Setelah Perang 2008, berikut dengan pendudukan kedua wilayah itu oleh pasukan Rusia, segera Rusia mengakui kemerdekaan Republik Ossetia Selatan, dan Abkhazia.

Walaupun klaim itu ditentang oleh hampir semua anggota PBB, 4 negara sekutu Rusia mengakui kemerdekaan dua republik baru itu yakni, Venezuela, Syiria, Nicaragua, dan Nauru.

Walaupun AS dan sekutunya membuat protes keras atas langkah Rusia, Putin tak peduli.

Ia bahkan melanjutkan Rusia membangun basis militernya di kedua negara baru itu.

Tak cukup dengan itu, kesepakatan baru antara Rusia dan negara baru itu dilanjutkan.

Kesepakatan itu tidak lain, tidak bukan yakni “integrasi” Ossetia Selatan dan Abkhazia dengan Rusia dalam bidang militer dan ekonomi.

Praktis kedua negara baru itu menjadi bagian dari Rusia Raya Putin.

Sampai hari ini kedua wilayah itu oleh masyarakat internasional masih dianggap sebagai bagian dari wilayah Georgia yang sah, dan ditetapkan sebagai wilayah pendudukan asing.

Hari ini, dengan semakin gencarnya serangan Rusia, praktis ke hampir semua wilayah Ukraina menimbulkan berbagai spekulasi.

Apakah Rusia akan sangat gampang menaklukkan dan menduduki Ukraina?

Apakah cukup dengan menghabisi rezim Zeleinsky, lalu membentuk rezim Ukraina pro-Rusia?

Berbagai peluang itu sangat terbuka, apalagi Rusia pernah “menguasai “ melalui pemerintahan presiden Viktor Yanukovych, yang digulingkan oleh  Revolusi antiRusia pada tahun 2014. 

Yanukovich yang kini berada dalam pengasingan di Moscow, disebut-sebut oleh banyak kalangan sebagai calon pengganti Zeleinsky, seandainya Rusia berhasil menguasai Kiev, dan Ukraina.

Kemungkinan ekstrim yang lain sangat terbuka, walaupun relatif mustahil.

Dua hal itu adalah membelah Ukraina Timur-berbatas dengan Rusia, di mana Crimea, Donetsk, dan Luhansk berada, dan membiarkan Ukraina Timur apa adanya.

Kemungkinan lain adalah menjadikan Ukraina sebagai bagian tak terpisahkan dari Rusia.

Waktulah yang akan menentukan.

*) PENULIS adalah Sosiolog, Guru Besar Universitas Syiah Kuala.

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

BACA ARTIKEL KUPI BEUNGOH LAINNYA DI SINI

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved