Kupi Beungoh

Bu Ana dan Mimpi-Mimpi Lintang dari Sarah Raja

Sosok Bu Muslimah yang diceritakan Andrea Hirata dalam novelnya Laskar pelangi cukup menarik perhatian

Editor: Muhammad Hadi
FOR SERAMBINEWS.COM
dr. Ridhalul Ikhsan, Sp.PD, Pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Aceh Utara 

Suara mesin perahu menjerit cukup keras untuk melawan derasnya arus sungai. Tapi, kebisingan tersebut segera sirna, disaat kami bertemu dengan tebing nan tinggi disisi kanan sungai, lengkap dengan pohon hijau dan monyet yang kegirangan.

Hal ini membawa suasana seperti dalam film laga perang Amerika-Vietnam yang sering kita saksikan di tahun 90-an dulu.

Tanpa rasa jenuh saat sedang asik melihat kiri dan kanan, tiba-tiba perahu kami bermanuver tajam ke kanan dan kecepatannya melambat.

Tenyata kami dibawa masuk kedalam anak sungai yang sangat rimbun. Diameter sungai nya tidak kurang dari lima meter, dimana ujung ranting pepohonan dikiri dan kanan sungai saling bersentuhan.

Keduanya membentuk kanopi yang hampir tertutup sempurna. Inilah anak sungai tanda kami telah memasuki Sarah Raja. Perjalanan melalui sungai ini ditempuh dalam waktu satu jam lamanya.

Bu Ana dan Mimpi Lintang

Setelah “mendarat” di dermaga yang dibangun oleh masyarakat secara swadaya− kami mengepak barang dan berjalan kaki kurang lebih 500 m, menuju desa perumahan masyarakat.

Di sana, kami disambut dengan penuh kehangatan dan suasana kekeluargaan segera terbangun.

Selanjutnya kami di pandu menuju sebuah Meunasah. Tidak lama berselang, acara seremonial penyambutan pun dimulai.

Pada kesempatan tersebut kami diperkenalkan dengan seorang warga Desa yang bernama Ibu Ana Cahyati.

Beliau seorang guru yang berusia 16 tahun, sangat cakap dan ramah.

Dalam kata sambutannya Kepala Dusun memaparkan sumbangsih yang begitu besar akan hadirnya Bu Ana di tengah-tengah warga. Bu Ana merupakan seorang pendidik bagi 14 anak di Dusun Sarah Raja, yang terdiri dari 10 putri dan 4 putra.

Baca juga: Kenapa China tak Bantu Rusia Invasi Ukraina dan Xi Jinping Memilih Diam? Ini Ulasan Prof Humam Hamid

Dalam kesehariannya, Bu Ana mengajar dengan penuh keterbatasan (seadanya). Dimulai pada pukul 08.00 – 10.30  dengan materi membaca dan menulis huruf Latin, Matematika dasar dan lainnya.

Sedangkan pada sore harinya pukul 16.00 diisi dengan Ilmu Pengetahuan Agama, pengenalan huruf Hijaiyah, baca Iqra’ dan Alquran.

Penulis sendiri sempat terkesima saat mendengar hafalan Surah Al-Fatihah yang dibacakan oleh dua orang Siswi. Bacaannya sangat fasih, tepat akan Tajwid dan Makhrajnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved