Opini
IDI Membangun Kesehatan Desa
Pembahasannya sangat mengena, yaitu agar dokter Indonesia berdaulat di negeri sendiri, serta berkesempatan membangun kesehatan
Keanggotaan BPJS Kesehatan bagi seluruh warga desa sendiri mencapai 43,32 persen poin atau mencakup 34.814.944 jiwa, namun masih ada 45.551.962 warga desa belum menjadi pesertanya.
Prevalensi pemenuhan gizi warga desa mencapai 99,79 persen, artinya tinggal 13.616 warga kurang gizi.
Namun, prevalensi bayi mendapat ASI eksklusif mencapai 30,27 persen poin, alias masih ada 861.482 bayi di desa kalis dari ASI eksklusif.
Warga desa yang sakit setahun terakhir serta mampu mengakses layanan kesehatan mencapai 25,96 persen poin atau 12.116.139 jiwa.
Artinya, masih ada 45.551.199 jiwa warga desa tidak dapat mengakses layanan kesehatan itu.
Angkaangka ini menunjukkan demand fasilitas kesehatan bagi warga desa mencapai 57.667.338 jiwa/tahun.
Pada titik inilah keberadaan IDI dibutuhkan di desa.
Baca juga: Setelah 70 Tahun Menanti, Banda Aceh Ditunjuk Jadi Tuan Rumah Muktamar Ikatan Dokter Indonesia
Para dokter perlu memimpin konsolidasi data SDGs Desa bidang kesehatan.
Tujuannya, agar mudah dijadikan basis perencanaan penanganan kesehatan desa berbasis data mikro.
Sehingga, tepat menentukan jenis layanan, lokusnya, rincian by name by address pemanfaat layanan, hingga rumusan pencapaian target dan manfaat.
Contohnya, gerakan dokter muda masuk desa untuk penanganan penyakit menahun yang mudah diobati, seperti TBC.
SDGs Desa memudahkan perumusan rekomendasi target, yaitu penanganan warga desa pengidap TBC secara kumulatif 31.455 jiwa/ tahun sampai 2030.
Desa-desa yang inovatif dalam bidang kesehatan membutuhkan sentuhan dokter lebih lanjut, untuk mengembangkan layanan kesehatan yang kreatif, termasuk penanganan Covid-19.
Jika memungkinkan, dikembangkan pula kerja sama rekognisi pembelajaran lampau (RPL Desa) agar warga yang telah lama berperan menyehatkan masyarakat dapat menggali ilmu lanjutan di perguruan tinggi bidang kesehatan medis, kesehatan masyarakat, atau kesehatan lingkungan.
Dengan mendukung kesehatan desa, IDI pasti berdaulat di negeri sendiri.com>
Baca juga: IDI Reborn di Negeri Pejuang
Baca juga: Apa Bedanya Batuk Gejala Covid Omicron dan Batuk Biasa? Ini Penjelasan Dokter