Jurnalisme Warga

Rendahnya Capaian Vaksinasi Kelompok Rentan, Salah Siapa?

Seorang perempuan yang duduk di kursi roda menyambut kedatangan saya di rumahnya, Gampong Lamteumen Timur, Banda Aceh

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Rendahnya Capaian Vaksinasi Kelompok Rentan, Salah Siapa?
FOR SERAMBINEWS.COM
MARDHATILLAH, Anggota Komunitas Jurnalis Warga Banda Aceh dan alumnus D4 Gizi Poltekkes Kemenkes Aceh, melaporkan dari Banda Aceh

Kedua, punya kesadaran karena adanya aktivitas atau jam terbang tinggi yang membuatnya harus melawat ke luar kota bahkan ke luar negeri.

Ketiga, munculnya kesadaran atau inisiatif dari diri sendiri karena suatu kebutuhan agar tetap sehat dan tak ingin jatuh sakit sehingga merepotkan orang lain.

Dari tiga hal tersebut, Erlin sadar bahwa dirinya termasuk dalam kategori kedua, karena memiliki aktivitas yang padat, bahkan sebelum pandemi melanda ia mengaku cukup sering melakukan perjalanan ke luar daerah dan luar negeri.

Adanya keinginan untuk kembali melakukan perjalanan tersebut juga menjadi alasan lain yang membuatnya merasa butuh untuk divaksinasi.

Ia juga bercerita apa yang dilakukannya sebelum divaksinasi sehingga tidak menimbulkan efek samping.

Baca juga: Capaian Vaksinasi Anak Rendah, Bupati Aceh Singkil: Akibat Terpengaruh Isu Hoaks

Awalnya, ia mengunjungi pusat vaksinasi, yaitu di Banda Aceh Convention Hall (BACH) untuk menanyakan kepada tenaga vaksinator bagaimana prosedur mendapatkan vaksin.

Dari sana ia mendapatkan informasi bahwa untuk meminimalisasi terjadinya KIPI terutama pada kelompok rentan seperti disabilitas, sangat diperlukan check up kondisi kesehatan.

Ia diarahkan ambil rujukan di puskesmas terdekat agar dapat digunakan untuk check up di rumah sakit.

Setelah dapat hasil check up, dokter melihat ada luka di kaki dan kekentalan darah dalam dirinya.

Akibat kondisi tersebut, ternyata butuh waktu hingga lima bulan sampai akhirnya dokter memberinya izin untuk divaksinasi.

Erlina sadar bahwa kondisi kesehatannya membutuhkan perlakuan khusus.

Pada saat mencari informasi awal di BACH, ia dihadapkan pada perdebatan dua dokter vaksinator yang mengkhawatirkan kondisinya.

Dokter A memberikan informasi dengan detail apa saja kemungkinan efek yang akan dialaminya ketika mendapatkan vaksin, sedangkan dokter B merasa tak perlu menjelaskan kepada peserta vaksin selengkap itu karena khawatir akan timbul rasa cemas dan berakhir tak mau divaksinasi.

Dari dua perdebatan dokter tersebut, justru ia merasa sangat beruntung dan bermanfaat atas informasi yang sangat lengkap diberikan kepada dirinya, sehingga ia merasa memiliki tanggung jawab dalam mengambil kesimpulan apakah divaksinasi atau tidak.

Ia merasa sangat butuh mendapatkan informasi selengkap itu karena dapat membuatnya lebih tenang dan informasi tersebut nantinya tidak hanya menambah wawasan bagi dirinya, tetapi juga dapat memberikan edukasi kepada teman-teman disabilitas lain yang belum bersedia divaksin.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved