Jurnalisme Warga

Menikmati Kuliner Mancanegara di Rex Bireuen

Akhir pekan adalah waktu paling ditunggu oleh anak-anak yang orang tuanya bekerja dalam berbagai profesi

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Menikmati Kuliner Mancanegara di Rex Bireuen
FOR SERAMBINEWS.COM
CHAIRUL BARIAH, Wakil Rektor II Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (Uniki), Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Almuslim, dan Anggota FAMe Chapter Bireuen, melaporkan dari Kota Juang, Bireuen

Pada saat chef Adam beraksi di dapur mengolah nasi goreng yang kami pesan, saya hampir menjerit karena api begitu besar menyambar wajan/penggorengan, tetapi lelaki yang berpostur tinggi besar ini dengan tenangnya membolak-balik makanan yang sedang dimasak.

Saya pikir terjadi kebakaran, ternyata inilah ciri khas cara dia memasak.

Hal ini tentu harus memiliki keahlian tersendiri, karena jika tidak fokus maka api akan menyambar apa saja yang ada di sekitarnya.

Menariknya lagi, aksi chef ini pada saat menyajikan nasi goreng Pattaya, nasinya benar-benar terbungkus di dalam telur ayam yang dijadikan sebagai kulit pembungkus, dihiasi dengan daun sop, daun selada, cabai merah, dan tomat yang diiris, serta disirami dengan saus yang dibentuk seperti jala.

Sajian ini sangat menarik sehingga mengundang selera siapa pun yang melihatnya.

Saya menggunakan kesempatan untuk sedikit berbincang dengan Mr Adam, lelaki berkulit gelap yang mengaku belajar langsung dari orang Thailand, Malaysia, dan Singapura dalam mengolah sejumlah masakan.

Untuk meningkatkan keahliannya memasak, dia langsung bekerja pada restoran orang Thai dan Malaya, baik itu restauran ternama bintang lima maupun yang biasa.

Kisah hidup Mr Adam berawal dari keinginan untuk mencari peluang kerja di negeri seberang (Malaysia), tetapi karena dia gemar memasak maka dia pilih menjadi juru masak yang profesional.

Pertama sekali Mr Adam menginjakkan kaki di negara jiran itu setelah tsunami melanda Aceh pada tahun 2005.

Musibah itu sangat memengaruhi kehidupan, terutama di bidang ekonomi.

Namun, di balik musibah itu ada titik terang perdamaian Aceh, sehingga masyarakat dapat beraktivitas sebagaimana layaknya kehidupan normal.

Bincang-bincang malam itu berlangsung hangat.

Dia juga berucap kembali ke Aceh pertama kali pada tahun 2014 setelah sembilan tahun berada di perantauan.

Dia juga berbagi ilmu dengan beberapa orang yang membantunya berusaha.

Menurutnya, prinsip berbagi ilmu dengan orang lain adalah pahala.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved