Kupi Beungoh

Putin, Ukraina, dan Perang Dunia 3 (XVII) - Pax Americana, Kuala Batee, dan Ukraina

Banyak pertanyaan, bahkan pertanyaan besar ada apa dengan Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, dan Israel sehingga tidak mau mengikuti AS?

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Handover
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Ahmad Humam Hamid*)

KETIKA AS mulai bicara dan mengecam keterlibatan Rusia di Ukraina, dan mengajak masyarakat internasional untuk mengutuk dan memboikot Rusia, setidaknya ada lima negara yang tidak mengikuti, paling kurang tidak sepenuhnya mengikuti AS.

Negara-negara itu adalah Cina, India, Saudi Arabia, United Arab Emirat, dan Israel.

Tidak ada pertanyaan tentang Cina, sedikit pertanyaan tentang India.

Banyak pertanyaan, bahkan pertanyaan besar ada apa dengan Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, dan Israel sehingga tidak mau mengikuti AS?

Bahkan dikhabarkan kalau dua negara Arab itu plus Israel, bersepakat ‘terselubung’’ untuk mbalelo dengan AS.

Pasalnya apa?

Masalahnya hanya maşalah kawan dan lawan.

Sudah menjadi rahasia umum, Joe Biden ingin menghidupkan kembali perjanjian nuklir antara AS dan Iran yang dibuat pada masa Obama dan kemudian dibatalkan oleh Presiden Donald Trump.

Kemarahan Israel, Saudi Arabia, dan Uni Emirat Arab semakin bertambah dengan rencana Biden untuk mengeluarkan Tentara Revolusi Iran, Iran's Islamic Revolutionary Guard Corps (IRGC) dari daftar panjang organisasi teroris internasional.

Bagi Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab, musuh klasik Sunni versus Syiah Iran saja belum cukup, karena Tentara Revolusi Iran dianggap sebagai aktor besar di belakang pemberontakan Houthi di Yaman, termasuk pemboman penyulingan dan infrastruktur minyak di berbagai tempat di Saudi Arabia.

Sama dengan Arab Saudi, bagi Uni Emirat Arab pemberontak Houthi adalah pengacau regional yang menganggu keamanan kawasan, sehingga negara itu menyerang kelompok suku Houthi dengan mengerahkan pesawat pembom dan pasukannya.

Selanjutnya Uni Arab Emirat juga menjadi penyandang dana untuk pemerintah Yaman dan berbagai kekuatan melawan pemberontak Houthi.

Dalam konteks yang hampir sama, namun lebih parah lagi adalah Israel.

Tidak dapat disangkal gerilya Hamas yang tak pernah habis bertempur dengan tentara Israel  di jalur Gaza tidak pernah terlepas dari koneksi dengan Tentara Revolusi Iran, baik pelatihan, uang, dan juga senjata.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved