Kupi Beungoh
Putin, Ukraina, dan Perang Dunia 3 (XVII) - Pax Americana, Kuala Batee, dan Ukraina
Banyak pertanyaan, bahkan pertanyaan besar ada apa dengan Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, dan Israel sehingga tidak mau mengikuti AS?
Ketiga negara itu kini mulai mengusik AS, dan dua negara Arab bahkan menyatakan tidak akan menaikkan produksi minyak untuk mengimbangi sanksi boikot ekonomi dan minyak Rusia.
Israel tidak mau mengutuk Rusia dalam resolusi PBB pada tanggal 27 Februari, segera setelah Ukraina diinvasi oleh Rusia.
Memang sangat berat bagi ketiga negara itu menghadapi perobahan kebijakan AS terhadap Iran setelah Biden terpilih.
Ketika Trump berkuasa, jaringan intelijen Israel dan Saudi Arabia bekerjasama dengan Intelijen AS, membunuh Mayor Jendral Qassem Soleimani.
Komandan pasukan elit Tentara Revolusi Iran Al-Quds ini tewas tertembak oleh serangan tiba-tiba pasukan AS di bandara Baghdad, Irak.
Sangat berat, terutama bagi Saudi Arabia dan Israel untuk menerima kenyataan pasukan yang komandannya yang dibunuh secara kolektif oleh ketiga negara itu, kini lepas dari daftar teroris.
Dan kini, Iran's Islamic Revolutionary Guard Corps itu, akan dihapus dari daftar organisasi teroris oleh pemimpin baru negara yang membunuh perwira tertinggi dan terbaik pasukan itu.
Dan itu adalah AS di bawah Joe Biden.
Baca juga: Putin, Ukraina, dan Perang Dunia 3 (XVI) - Peringatan Untuk Biden, Putin, dan Tsar Bomba 50 Megaton
Baca juga: Putin, Ukraina, dan Perang Dunia 3 (I): Denazifikasi dan Demiliterisasi Ukraina
43 Veto AS untuk Israel
Kita tidak tahu, perlawanan Israel, Saudi Arabia, dan Uni Emirat Arab itu hanya pura-pura, ngambek, atau benar-benar akan berbuntut panjang.
Sulit membayangkan keberadaan negara Israel semenjak terbentuknya pada tahun 1948 sampai dengan hari ini, tanpa AS.
Bahkan AS menggunakan 43 hak vetonya untuk mengagalkan berbagai resolusi PBB yang bersifat mengecam, atau menuntut Israel terhadap berbagai tingkah lakunya terhadap Palestina.
Walaupun dahulunya berlawanan dan kini berkawan akrab, Saudi Arabia juga mendapatkan berbagai perlakuan istimewa dari AS, terutama dalam konteks “barter” minyak dan garansi perlindungan dan keamanan dari ganguan berbagai pihak terhadap Saudi Arabia.
Intinya, Israel, dan Saudi Arabia adalah dua “anak asuh” AS, di kawasan Timur Tengah yang sangat dilindungi, hatta dalam kondisi permusuhan di antara kedua mereka sangat ketat, terutama dalam hal konflik Palestina dahulunya, sebelum “berteman akrab” seperti hari ini.
Apapun yang terjadi dengan tiga negara Timur Tengah itu - Saudi Arabia, Uni Arab Emirat, Israel, bahkan terakhir Mesir, ditambah dengan sikap India dan Cina terhadap seruan AS tentang Ukraina sebenarnya tidak membuat kita sangat terkejut.