Kupi Beungoh

Putin, Ukraina, dan Perang Dunia 3 (XVII) - Pax Americana, Kuala Batee, dan Ukraina

Banyak pertanyaan, bahkan pertanyaan besar ada apa dengan Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, dan Israel sehingga tidak mau mengikuti AS?

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/Handover
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Tahun 2011, lebih dari 10 tahun yang lalu, Fareed Zakaria, saat ini host acara Global Public Suare- GPS,  televisi CNN, menulis sebuah buku yang membuka mata dunia, tentang kemana percaturan geopolitik global sedang bergerak.

Buku berjudul The Post American World (2011) barangkali merupakan buku pertama yang mendedah secara komprehensif tentang mulai redupnya hegemoni AS, setelah mendominasi percaturan global paling kurang antara 60-100 tahun.

Fareed menggunakan beberapa istilah kunci seperti the rise of the rest, - kebangkitan negara-negara baru selain AS, seperti Jepang, Cina, India, Jerman, dan lain sebagianya.

Kebangkitan ekonomi negara-negara itu kemudian berlanjut dengan kebangkitan militer sehingga dominasi “uni polar” menggunakan istilah Fareed, hanya satu kutub tunggal, AS sedang dan akan menurun.

Fareed menguraikan AS menjadi uni polar, kutub tunggal dominasi dunia terjadi setelah rontoknya negara besar dan kuat Uni Soviet- Rusia hari ini, berikut dengan bubarnya Pakta Warsawa-akta pertahanan blok Timur yang terdiri atas Uni Soviet dan negara-negara Eropa Timur sebagai tandingan dari pakta pertahanan Atlantik Utara, AS-NATO.

Masa pascaperang dunia kedua sampai dengan tahun 1991 dalam uraian Fareed disebut dengan masa bipolar- dua kekuatan dunia, Uni Soviet dan AS.

Penilaian sejarah menyebutkan walaupun ditantang oleh Uni Soviet, puncak dominasi AS di dunia dimulai segera setelah perang dunia kedua, dan mencapai puncaknya dengan rontoknya Uni Soviet.

Fareed menggunakan istilah “multi polar” -yakni kutub kekuatan dunia yang tersebar, yang tidak lagi serta merta dibawah hegemoni AS.

Contoh Rusia hari ini yang ingin meningkirkan NATO dari Eropa, Cina yang cermat dan lebih banyak pasif, India yang punya alasan sendiri.

Selanjutnya 2 negara Timur Tegah plus Israel yang merupakan sekutu AS paling dekat, kini “melawan” menunjukkan bahwa definsi keberlanjutan “tata dunia” versi AS tidak selamanya cocok dengan kepentingan sejumlah negara itu, dan mungkin juga banyak negara-negara lain.

Mereka bahkan menuding AS punya kepentungan sendiri dengan “tata dunianya” yang sama sekali tidak mengakomodir bahkan sangat bertentangan dengan kepentingan negara-negara itu.

Negara-negara itu bagaimanapun punya daya takar tinggi yang sampai dengan tingkat tertentu tidak mungkin diusik AS, karena mereka tidak sangat tergantung dengan AS.

Cina dan India misalnya termasuk dalam lima besar kekuatan ekonomi dunia, dan juga mempunyai angkatan perang yang cukup andal.

Saudi Arabia dan Uni Arab Emirat juga mempunyai kekayaan dan sumber daya minyak yang melimpah.

Untuk senjata, mereka dapat membelinya dari berbagai negara lain selain AS.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved