Opini

Menyucikan Jiwa

ALHAMDULILLAH, umat muslim di seluruh penjuru dunia sedang bersuka cita karena datangnya bulan suci Ramadhan tahun 1443 H

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Menyucikan Jiwa
FOR SERAMBINEWS.COM
Rizki Mustaqim S Th MA Mahasiswa Doktoral University of Malaya Jurusan al-Quran dan al-Hadits/Anggota IKAT Aceh

Menghisab diri Lalu muncul pertanyaan kedua, bagaimana seorang muslim menghisab diri mereka? Muhasabatun nafsi, sebagaimana yang telah diterangkan oleh ahlu ilmi, harus ditempuh melalui 3 tahapan: tahap pertama, yaitu muhasabah sebelum amal, tahap kedua yaitu muhasabah di pertengahan amal dan tahap ketiga yaitu muhasabah setelah amal.

Adapun muhasabah sebelum amal dimulai dari bangunnya seorang hamba dari tidurnya di pagi hari, maka ketika bangun dari tidur seorang muslim harus menyadari sepenuh hati bahwasanya Allah telah kembali memberikan nikmat yang besar berupa hari yang baru, dimana banyak dari manusia lainnya yang tidak dapat menjemput paginya karena Allah telah lebih dahulu memanggilnya.

Oleh karena itu, seyogianya seorang hamba memanfaatkan nikmat Agung tersebut.

Tidur merupakan kematian kecil, sehingga baginda Nabi mengajarkan kepada umatnya kata yang pertama kali yang mesti diucap oleh seorang muslim ketika bangun dari tidurnya adalah “alhamdulillahilladzi ahyani ba’da ma amatani wa ilaihi nusyur”.

Nikmat yang besar dimana seorang muslim bisa bertaubat kepada Allah, hari baru dimana seorang hamba bisa mendekatkan diri kepada Allah dengan ketaatan.

Imam Hasan al-Bashri pernah berkata “tidak lah datang suatu hari dari hari-hari di dunia ini melainkan ia berkata, “Wahai manusia! Sesungguhnya aku akan menjadi saksi (di hadapan Allah) atas apa-apa yang kalian lakukan padaku”.

Bagi seorang muslim ada tiga hak yang harus ditunaikan setiap harinya.

Hak yang pertama adalah hak Allah atas diri hamba, kemudian hak hamba atas dirinya, yang terakhir hak harta, keluarga dan manusia atas diri hamba.

Dalam surah al-Qashas ayat 77 Allah berfirman: “dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah Allah anugerahkan kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah kepada orang lain, sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu”.

Ahlu ilmi berkata bahwa ayat di atas mengandung kewajiban pemenuhan 3 hak sekaligus, yaitu hak kepada Allah, hak terhadap diri sendiri dan hak terhadap manusia lainnya.

Adapun tahap kedua dari muhasabatun nafsi yaitu, muhasabah di pertengahan amal.

Tahapan ini ditempuh dengan cara memiliki sikap muraqabatullah, yaitu sikap yang selalu yakin bahwa seorang hamba merasa terus dipantau dan diawasi oleh Allah.

Allah Maha mengetahui baik yang diperlihatkan maupun yang disembunyikan oleh seorang hamba.

Dalam surah al-Nisa’ ayat 108 Allah berfirman “mereka dapat bersembunyi dari manusia tetapi mereka tidak dapat bersembunyi dari Allah, karena Allah bersama mereka”.

Maka dengan sikap muraqabatullah seorang hamba dapat terhindar dari segala maksiat serta perilaku keji dan munkar.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved