Kupi Beungoh
Menakar Jasa Tabib, Dukun, Doto dan Aneuk Ubat (Review Seputar Dunia Pengobatan)
Dalam dunia pengobatan, memang menyisakan jutaan kisah dari anak manusia, secara umum penyakit dan penyebab sama namun cara penyembuhan yang berbeda.
Oleh: Rustami, ST
SERAMBINEWS.COM - Sejak Sang Khaliq menciptakan mahkluk di alam semesta ini, tentu ada permulaan dan akan ada akhirnya, begitu juga makhluk hidup yang bernyawa seperti manusia, hewan dan bahkan tumbuhan, semuanya tidak terlepas dengan sehat dan sakit, baik ringan maupun berat hingga mengakibatkan sampai batas ajalnya.
Kendatipun kesembuhan dari Allah, manusia dianjurkan berusaha dan bertawakal, agar tidak putus asa.
Dalam dunia pengobatan, memang menyisakan jutaan kisah dari anak manusia, secara umum penyakit dan penyebab sama namun cara penyembuhan yang berbeda-beda.
Menarik diamati seputar dunia medis di musim pandemi ini, selain vaksin, bahkan ada banyak tersebar di medsos obat-obatan alternatif sebagai anti virus yang dapat membunuh dan menangkal virus corona dengan berbagai variannya.
Ketertarikan hingga menulis juga setelah membaca kisah dr Rinal Dhuhri, seorang dokter asal Aceh, mau dibayar apa saja oleh pasien saat berobat, pernah pakai sayur dan buah-buahan, suatu hal yang jarang terjadi di pengobatan medis, namun benar-benar fakta di Cilodong, kota Depok.
Baca juga: Tarhib Ramadhan dan Khanduri Makmeugang Woyla Raya
Sejarah tabib dan dokter dari masa ke masa
Sakit dan sehat sudah ada semanjak adanya manusia di planet bumi, namun tidak terekam dalam sejarah.
Sejarah pengobatan baru ‘terekam’ di mulai dari zaman pra sejarah, salah satu bangsa yang ahli dalam pengobatan adalah china kuno, dimulai ribuan tahun sebelum masehi.
Kemudian di awal tahun masehi ketika diutusnya nabi Isa alaihi salam di teluk jazirah Arab, ilmu tabib sangat popular sehingga nabi Isa diberi mu’jizat tentang pengobatan.
Atas izin Allah nabi Isa menyembuhkan penyakit kronis seperti kusta, sopak dan kebutaan.
Bahkan menghidupkan orang mati, ketika diminta penjelasan tentang ruh dan hari kebangkitan.
Tabib, dukun dan dokter
Lalu, apa kesamaan dan perbedaan Tabib, dukun dan dokter.
Secara umum tabib, dukun dan dokter maknanya sama, yakni praktisi yang mengobati orang sakit.
Jika ditilik dari perspektif lain, maka terlihat perbedaan yang mencolok, tabib dan dukun disebut pengobatan non medis secara tradisional dan dipelajari secara turun-temurun dan tidak terlembaga.
Sementara dokter pengobatan konvensional, keilmuannya terlembaga dan perkembangannya dari masa ke masa mengalami kemajuan dan ada lembaga khusus yang mengeluarkan izin praktik, sementara non medis, tetap dengan caranya yang tradisional tidak ada perizinan praktik. Apalagi akredisitasinya.
Jika dikelompokkan non medis, ada dukun beranak, dukun patah tulang, dukun rajah dan ruqyah syar’i.
Ada juga dukun “hitam” seperti pesugihan, dukun jampi-jampi dan lain-lain.
Baca juga: Balada JKA
Ada juga semi medis, seperti Terapi, Thibbun nabawi, pengobatan yang mendasari hadist Rasulullah saw dan pengobatan herbal modern yang meilbatkan tenaga ahli medis dalam meracik obat dan konsul berobat.
Dan dokter medis murni konvensional, rata-rata kerja di rumah sakit dan buka praktik.
Tidak merekomendasi obat herbal atau obat selain dari racikan obat resmi farmasi.
Tentang jerih dan ujrah jasa
Ini bagian yang penting dari tulisaan ini, sebagaimana di awal ketertarikan saya menulis disebabkan ada dokter asal Aceh yang bersedia dibayar seikhlasnya.
Tanpa menjustifikasi, penulis hanya menarasikan fakta lapangan, tidak ada maksud lain kecuali sekedar berbagi.
Dukun dan tabib, kebanyakan pengobatannya di bayar seikhlasnya.
Biasa yang menggunakan jasanya mencari info-info berapa ujrah yang layak.
Ada juga dukun yang mahar-nya bayar awal, sebaiknya model ini dihindari.
Baca juga: Pengawasan Pengelolaan JKA Harus Lebih Ketat
Obat herbal dan thibbun nabawi biasa agak mahal. Itupun tergantung obat dan penyakitnya.
Dan ada juga tidak ambil ujrah jasa sedikitpun, namun ada tahapan tertentu yang harus dilalui, Seperti Peusijuk Ubat, Peugot Sinangkai, Pinah Keuneubah Penyaket, Jadi Aneuk Ubat, dan Pulang Udep Mate.
Jadi ANEUK UBAT, semacam jadi anak angkat, begitu juga dengan PULANG UDEP MATE.
Keduanya tersebut akan terbangun hubugan emosional yang lebih akrab.
Keakraban terlihat, jika ada hajatan, kenduri syukuran dan kemalangan akan selalu saling mengunjungi, bahkan ketika menikahpun ada yang minta izin pada ayah ubat dan ayah pulang udep mate.
Jika tidak atas dasar ikhlas, mungkin melelahkan dan panjang juga tahapantahapannya. Duuh.
Ohya, Ada tabib lagendaris di daerah asal saya, namanya Mr HA Lagak, seorang tabib dengan penampilan necis hampir kalah dokter modern, ada beberapa Aneuk Ubat yang ia nikahi secara ketentuan agama islam yang sah, jika sembuh dari penyakit yang dideritanya.
Aneuk Ubat di dunia medis konvensional, adakah?
Pasien dan dokter adalah sesama insan yang punya interaksi sosial, maka tidak tertutup kemungkinan adanya ANEUK UBAT, MAK dan AYAH Ubat walaupun dalam tanda kutip, artinya, tidak sepertinya digambarkan pada non medis.
Namun hubungan disini terbangun karena ikatan kekeluargaan, kedaerahan dan juga relasi persahabatan dan bisnis.
Fungsinya pun berbeda, teman ubat,ayah ubat dan mak ubat disini hanya memberikan pelayanan plus dan rekomendasi khusus jika diperlukan.
Secara nilai, hal ini juga membuat semakin akrabnya persahabatan dan persaudaraan.
Kiat-kiat memilih dokter dan tabib
Manusia hanya berusaha, kesembuhan hakikatnya dari Allah, maka ada penyakit Allah beri kesembuhan via dokter atau obat herbal bahkan dengan ruqyah syar’i hanya dibacakan ayat-ayat suci alquran.
Jika sakit ringan usahakan obat yang tidak banyak efek samping olahan pabrik.
Apalagi mengkonsumsi dalam jangka panjang, harus ada konsul rutin.
Ketika benar-benar berhajat berobat ke dokter, tanyakan dulu kepada kerabat dan saudara mana tempat berobat yang tepat.
Hal ini penting, hal ini penting agar terhindar dari “malpraktik”.
Namun ini berbeda dengan BPJS dan JKA subdisi karena sudah diarahkan.
Kecuali BPJS yang berbayar atau jalur mandiri barangkali bisa pilih dokter dan rumah sakit/praktik dokter.
Dan yang paling penting lagi memberikan informasi yang tepat apa keluhannya jika sampai pada tindakan operasi, dan sebaiknya dicarikan second opinion (pendapat lain) ke dokter spesialis yang berbeda, bisa jadi diagnosanya tidak sama.
Waspada Aqidah
Semua tempat berobat ada plus minus, maka pandai-pandailah memilih tempat berobat.
Hati-hati juga, tidak hanya beorbat ke dukun yang minta tolong ke jin dan peri bermasalah dengan aqidah.
Jika pun berobat ke dokter dan menyakini obat dan dokter yang menyembuhkan juga akan bermasalah dalam pandangan islam.
Dan yang terakhir, hindari tabib/dukun yang membaca mantra minta tolong kepada selain Allah, contoh mantra terlarang;
“Ka ek u langet kah ku peugandoe, katron u bumoe kah ku singkla, bak gaki kah ku boh pasong, bak idong ku gunci tembaga, di hadapan raja diwa hong saidi.”
Raja diwa hong saidi ini, menurut tabib putih adalah setan yang dipuja oleh dukun.
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, secara umum, jika sakit dan berobat, sudah sebuah kenicayaan menyita waktu, dana dan tenaga oleh karena itu jagalah sehat sebelum sakit. Semoga. Amin yra.
Salam Sehat Sabee,
*) Penulis Rustami, ST adalah Pasien Jantung, Penggemar Mr HA Lagak dan Ketua Woyla Meutaloe Wareh (WMW)
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis