Jurnalisme Warga
Nikmatnya Sambal Sunti Mentah Khas Hulu Pisang
Rasa yang timbul setelah menikmatinya adalah pedas yang mampu mengeluarkan keringat bahkan air mata

Ibu saya membuat asam sunti dengan cara belimbing wuluh dicuci dengan air bersih, lalu direndam dengan air bersih di dalam ember.
Setelah didiamkan satu malam, warna belimbing wuluh sewaktu pagi berubah jadi kuning, kemudian dijemur di bahwa terik matahari.
Jika cuaca cerah, penggaraman dilakukan dua hari setelahnya, diberikan garam lagi dan dijemur sampai belimbing wuluh menyusut dan berwarna cokelat.
Kakak ibu saya membuat asam sunti dengan cara belimbing wuluh dipetik menggunakan galah (bambu kecil) yang dibuat jaring di atasnya agar belimbing wuluh tak jatuh ke tanah sehingga tidak perlu dicuci.
Setelah, itu langsung dijemur dengan cara ditutup menggunakan plastik di bawah sinar matahari.
Manfaat ditutup agar belimbing wuluh bisa berubah warna.
Setelah semua berwarna kuning baru dijemur tanpa menggunakan penutup.
Proses penggaraman hingga menjadi asam sunti sama seperti yang lain.
Dahulu, nenek saya sering membuat sambal mentah yang bahan-bahannya ada cabai rawit, bawang merah, sunti (asam sunti) yang ditambah dengan garam secukupnya.
Kemudian, semua bahan digiling menggunakan batu giling, setelahnya dihidangkan dalam piring.
Sambal ini ditemani sayur bening.
Saya bertanya, “Sambal apa itu, Nek?” Nenek menjawab, “Sambal sunti mentah.
” Saya penasaran dengan rasanya, lalu nenek menyuruh saya memakan sambal tadi dengan nasi dan sayur bening.
Wow, rasanya enak sekali.
Terasa pedas, asam, bawang mentah yang bercampur garam membuatnya nikmat.