Breaking News

Jurnalisme Warga

Nikmatnya Sambal Sunti Mentah Khas Hulu Pisang

Rasa yang timbul setelah menikmatinya adalah pedas yang mampu mengeluarkan keringat bahkan air mata

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Nikmatnya Sambal Sunti Mentah Khas Hulu Pisang
FOR SERAMBINEWS.COM
NURUL HUSNA,  Mahasiswi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Anggota UKM Jurnalistik UBBG Banda Aceh serta Anggota FAMe, melaporkan dari Desa Hulu Pisang, Labuhanhaji, Aceh Selatan

OLEH NURUL HUSNA,  Mahasiswi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Anggota UKM Jurnalistik UBBG Banda Aceh serta Anggota FAMe, melaporkan dari Desa Hulu Pisang, Labuhanhaji, Aceh Selatan

SAMBAL merupakan satu kata sederhana yang dapat menggugah selera makan jika kita melihatnya.

Rasa yang timbul setelah menikmatinya adalah pedas yang mampu mengeluarkan keringat bahkan air mata.

Juga mampu membuat wajah menjadi merah.

Itulah dahsyatnya sebuah rasa yang ditimbulkan oleh si cabai rawit yang juga mampu memerahkan daun telinga.

Sedangkan sunti merupakan salah satu bahan masakan yang digemari banyak orang, terutama orang Aceh.

Tanpa sunti terasa tak lengkap suatu masakan, apalagi jika itu jenis masakan berkuah.

Dalam bahasa Indonesia, sunti disebut dengan asam sunti.

Asam yang merupakan bumbu khas masyarakat Aceh ini terbuat dari belimbing wuluh yang diawetkan dengan proses digarami dan dijemur.

Semasa kecil, saya sering dilibatkan dalam proses pembuatan asam sunti dengan bantuan kayu bakar dan api.

Baca juga: Bu Peungat, Kuliner Khas Aceh Rayeuk Jadi Menu Favorit untuk Berbuka, Begini Proses Pembuatannya

Baca juga: Bue Peungat, Kuliner Khas Aceh Rayuek yang Terus Dilestarikan

Almarhumah nenek sebelah ibu saya membuat asam sunti dengan cara merebus semua hasil panen belimbing wuluh yang sudah dicuci dengan air bersih sampai berubah warnanya dari semula hijau menjadi kuning, lalu dijemur.

Penggaraman dilakukan setelah dijemur dua atau tiga hari setelah warnanya berubah menjadi kecokelatan.

Jika cuaca cerah dari pagi hingga menjelang sore, barulah proses penggaraman dilakukan, kemudian dijemur lagi sampai kadar airnya hilang.

Agar tahan lama, penggaraman biasanya dilakukan tiga kali selama proses penjemuran.

Asam sunti yang sudah kering berwarna cokelat.

Ibu saya membuat asam sunti dengan cara belimbing wuluh dicuci dengan air bersih, lalu direndam dengan air bersih di dalam ember.

Setelah didiamkan satu malam, warna belimbing wuluh sewaktu pagi berubah jadi kuning, kemudian dijemur di bahwa terik matahari.

Jika cuaca cerah, penggaraman dilakukan dua hari setelahnya, diberikan garam lagi dan dijemur sampai belimbing wuluh menyusut dan berwarna cokelat.

Kakak ibu saya membuat asam sunti dengan cara belimbing wuluh dipetik menggunakan galah (bambu kecil) yang dibuat jaring di atasnya agar belimbing wuluh tak jatuh ke tanah sehingga tidak perlu dicuci.

Setelah, itu langsung dijemur dengan cara ditutup menggunakan plastik di bawah sinar matahari.

Manfaat ditutup agar belimbing wuluh bisa berubah warna.

Setelah semua berwarna kuning baru dijemur tanpa menggunakan penutup.

Proses penggaraman hingga menjadi asam sunti sama seperti yang lain.

Dahulu, nenek saya sering membuat sambal mentah yang bahan-bahannya ada cabai rawit, bawang merah, sunti (asam sunti) yang ditambah dengan garam secukupnya.

Kemudian, semua bahan digiling menggunakan batu giling, setelahnya dihidangkan dalam piring.

Sambal ini ditemani sayur bening.

Saya bertanya, “Sambal apa itu, Nek?” Nenek menjawab, “Sambal sunti mentah.

” Saya penasaran dengan rasanya, lalu nenek menyuruh saya memakan sambal tadi dengan nasi dan sayur bening.

Wow, rasanya enak sekali.

Terasa pedas, asam, bawang mentah yang bercampur garam membuatnya nikmat.

Orang yang pertama mengenalkan sambal ini di keluarga kami adalah nenek saya yang sudah meninggal.

Beliau memberi tahu resep sambal mentah ini kepada saya walau resepnya sederhana, tetapi sangat bermanfaat untuk saya di saat selera makan hilang.

Sambal sunti mentah ini mampu menggugah selera makan.

Semasa hidup nenek, beliau mengajarkan saya membuat sambal sunti mentah karena kami memiliki selera yang sama.

Padahal, sambal mentah yang lain banyak jenisnya ditambah rasanya yang nikmat, tapi sambal sunti mentah ini memiliki tempat istimewa di hati saya dan penggemarnya.

Suami kakak ibu saya pernah membuatnya dengan menambahkan ikan asin yang sudah digoreng dengan cara memasukkan ke dalam sambal sunti, kemudian digiling kasar.

Sambal ini biasanya dimakan dengan nasi putih dan sayur bening.

Proses pembuatannya yang sangat mudah membuat siapa saja yang ingin menikmati sambal ini bisa langsung membuatnya sendiri.

Saya sering membuatnya seperti yang pernah diajarkan nenek.

Pertama, saya ambil cabai rawit 25 buah, lalu buang tangkainya, bawang merah 1 ukuran sedang dan kupas kulitnya, serta asam sunti secukupnya.

Semua bahan dicuci dengan air hingga bersih.

Lalu, saya gunakan batu giling yang terbuat dari batu asli untuk menggilingnya.

Saya letakkan semua cabai rawit di batu giling disertai garam secukupnya, lalu saya giling hingga halus.

Setelahnya, saya masukkan bawang merah yang sudah dipotong menjadi 4 bagian, kemudian digiling kasar.

Terakhir, saya masukkan asam sunti dan digiling hingga halus tanpa menggunakan air.

Untuk temannya, saya masak sayur bening daun katuk.

Sayuran lain yang biasa dipasangkan dengan sambal sunti mentah ini di antaranya adalah daun kelor, bayam, kangkung, dan sawi.

Kakak saya juga sering membuat sambal sunti mentah ini dengan bahan-bahan yang sama seperti yang saya buat.

Sambal ini mampu meningkatkan selera makan yang hilang.

Keponakan saya pernah tak selera makan, lalu adik saya membuat sambal sunti mentah ini dengan porsi minim.

Setelah itu, selera makan ponakan saya kembali.

Siapa pun boleh memakannya.

Namun sayangnya, sambal sunti mentah ini pudar seiring waktu.

Hanya sedikit orang yang membuatnya sekarang.

Meski demikian, sambal ini tetap memiliki tempat tersendiri di hati orang yang pernah membuat dan mengenalnya.

Sambal ini tahan lama, tidak mudah basi jika dibuat sore hari menjelang berbuka puasa masih bisa dikonsumsi sewaktu sahur.

Sifatnya yang tahan lama memudahkan siapa saja yang ingin memakannya tanpa perlu membuat berulang-ulang.

Jadi, cukup diperbanyak saja, rasanya pun tidak berubah, masih sama seperti dimakan saat berbuka puasa.

Sambal sunti mentah juga dapat menghemat penggunaan minyak makan karena sambal ini tidak digoreng.

Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat sambal ini umumnya ada di setiap dapur siapa saja, tanpa perlu mengeluarkan uang lebih untuk mendapatkan satu sambal yang nikmat.

Sambal ini boleh juga dimakan saat sedang diet karena tidak ada unsur minyak di dalamnya.

Waktu terus berlalu, generasi juga silih berganti.

Kreasi sambal yang beragam mampu menyaingi sambalsambal nenek kita zaman dahulu.

Resep sambal merupakan hasil cipta seseorang yang termasuk dalam kebudayaan.

Alangkah baiknya kebudayaan ini–salah satunya berkembang di Desa Hulu Pisang, Kecamatan Labuhanhaji, Kabupaten Aceh Selatan, tempat saya bermukim-- tetap terjaga meski zaman tak lagi sama.

Baca juga: Maknyusnya Kanji Rumbi Pidie, Jadi Buruan Pecinta Kuliner, Menu Khas untuk Berbuka Puasa

Baca juga: Sekda Aceh Promosi Kuliner Buka Puasa 21 Kafe di Aceh kepada Peserta Lemhanas

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved