Prihatin Ditolak dari Singapura, Satire 'Before After Pilkada' UAS ke Gubernur Riau Jadi Ramai
Gubernur Riau, Syamsuar menyampaikan prihatin atas peristiwa ditolaknya Ustaz Abdul Somad atau UAS dari Singapura beberapa waktu lalu.
Penulis: Sara Masroni | Editor: Mursal Ismail
Gubernur Riau, Syamsuar menyampaikan prihatin atas peristiwa ditolaknya Ustaz Abdul Somad atau UAS dari Singapura baru-baru ini.
SERAMBINEWS.COM - Gubernur Riau, Syamsuar menyampaikan prihatin atas peristiwa ditolaknya Ustaz Abdul Somad atau UAS dari Singapura beberapa waktu lalu.
Pihaknya menyayangkan tindakan yang diambil pemerintah setempat melalui keimigrasian Singapura.
Gubernur Riau berharap kejadian tersebut tidak terulang kembali di kemudian hari.
"Kami sangat prihatin Datuk Seri Ulama Ustadz Abdul Somad mengalami perlakuan tidak menyenangkan. Ditolak masuk ke Singapura tanpa alasan jelas," kata Syamsuar.
Sebelumnya Prihatin Ditolak dari Singapura, Satire Before After Pilkada UAS ke Gubernur Riau Jadi Ramai Tribun Pekanbaru, Rabu (18/5/2022).
"Semoga peristiwa seperti yang dialami UAS tidak terulang," tambahnya.
Sementara UAS malah bereaksi menyindir balik atau satire melalui unggahan Instagramnya.
"Before After Pilkada," tulis akun Instagram @ustadzabdulsomad_official bercentang biru dikutip Serambinews.com, Kamis (19/5/2022).
Dalam unggahan tersebut, terdapat tangkap layar dari dua berita berbeda dengan judul "Tak Mau Ikut Campur Soal UAS, Gubernur Riau: Itu Masalah Pribadi, Sensitif" dengan tambahan tulisan 'sesudah jadi gubernur'.
Sementara tangkap layar berita lainnya berjudul "Gubri Prihatin UAS Ditolak Masuk Singapura" dengan tambahan tulisan 'menjelang 2024'.
Unggahan tersebut kemudian ramai diperbincangkan netizen di kolom komentar.
Hingga pukul 15.00 WIB, sudah disukai 157.333 orang dan dikomentari 9.211 orang.
"Jyejyak Dyigyityal Ustadzii," komen akun @salimafillah di unggahan tersebut.
"Tetep senyum, di tolak Singapura tetep di Terima di hati," tulis @farkhan_keif di kolom komentar.
"Saya bantu do'a ya pak ustadz," timpal akun @d.luffy_zakaria di unggahan tersebut.
Diketahui Ustaz Abdul Somad atau UAS mengaku dideportasi saat berkunjung ke Singapura pada Senin (16/5/2022).
UAS dikurung dalam ruang kecil dengan atap serupa jaring terbuat dari besi, dilengkapi CCTV di atasnya.
“Uas di ruang 1x2 meter seperti penjara di imigrasi, sebelum dideportasi dari singapore,” tulis akun Instagram @ustadzabdulsomad_official bercentang biru sebagaimana dikutip Serambinews.com, Selasa (17/5/2022).
Unggahan tersebut kemudian dibanjiri komentar netizen.
"Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir," komen akun @dindinblue di unggahan tersebut.
"Semoga Ustad Abdul Somad selalu dlm lindungan Allah SWT Aamiin....," tulis @atom_anna_muzaki08 menimpali.
"Ya allah.. Muliakan guru guru kami, para ulama yang membimbing kami, para mubaligh yang menuntun kami, muliakan orang orang yang membuat kami mengenalmu ya allah, Aamiin," komen @kangdodoyy di postingan itu.
Baca juga: Tanda Tanya Dideportasinya UAS hingga Pemerintah Diminta Panggil Dubes Singapura di Jakarta
Penjelasan UAS
Dilansir dari Tribunjakarta.com, dai kondang Ustaz Abdul Somad (UAS) mengaku tas miliknya sempat ditarik petugas imigrasi Singapura.
Padahal, tas yang dibawa UAS tersebut berisi perlengkapan bayi.
UAS pun menjelaskan kronologis dirinya dideportasi dari Singapura.
Saat itu, UAS ke Singapura bersama istri, anak dan keluarga sahabatnya.
Kedatangan mereka ke Singapura untuk berlibur.
Ustaz Abdul Somad mengakui dirinya dideportasi dari Singapura.
"Informasi saya dideportasi dari imigrasi Singapura itu shohih, bukan hoaks " kata UAS dikutip dari Youtube Hai Guys, Selasa (17/5/2022).
UAS bersama istri dan anaknya yang masih bayi berangkat ke Singapura dari Batam pada Senin (16/5/2022).
Mereka tiba di Pelabuhan Tanah Merah sekitar 13.30 WIB.
"Jam tangan saya tidak diubah karena saya cinta NKRI," tuturnya sambil tertawa.
Sampai berita ini diturunkan, Ustadz Abdul Somad mengaku tidak tahu alasan dideportasi dari imigrasi Singapura.
Padahal ke negara itu hanya untuk berlibur saja.
"Mereka (pihak imigrasi_red) tak bisa menjelaskan alasan saya dideportasi," tutur UAS.
"Jadi mereka tak bisa menjelaskan, mungkin yang bisa hanyalah Kedubes Singapura di Jakarta," imbuh UAS lagi.
"You have to explain to our communities. Why did your country, why did your government rejected or deported us?"
"Apakah kami dianggap teroris? Apakah karena ISIS, apakah karena bawa narkoba? itu mesti dijelaskan," ujar UAS dengan tegas.
Padahal seluruh berkas yang dimiliki UAS sudah lengkap untuk masuk ke Singapura.
"Anehnya semua sudah keluar sahabat dan keluarga, istri dan anaknya, ketika saya mau keluar tas ditarik oleh petugas imigrasi," tutur UAS.
Tas yang dibawa Ustadz Abdul Somad sebenarnya berisi perlengkapan untuk sang bayi.
Namun ketika dijelaskan petugas imigrasi tak mengizinkan memberikan tas itu pada sang istri.
Namun ketika UAS tunjukkan sahabat beserta istrinya, malah petugas imigrasi itu menjemput mereka untuk dideportasi bersama.
Lalu Ustadz Abdul Somad dimasukkan ke dalam ruang berukuran 1x2 meter, seperti ukuran liang lahat.
UAS dipenjara selama 1 jam. Lalu baru digabungkan dengan keluarganya dimasukkan ke ruang yang lebih besar.
Komentar anak sahabatnya yang masih 4 tahun. " Ayah kita ini dipenjara," tuturnya.
Di ruangan itu UAS dan keluarga serta sahabatnya ditahan selama 3 jam hingga ada kapal terakhir beroperasi.
"Negara ini kok sombong sekali, kita orang Indonesia kencing ramai-ramai tenggelam mereka," kata UAS sambil tertawa.
UAS mengajak seluruh warga Indonesia minta penjelasan mengapa perlakuan Singapura seperti ini.
"Biar jelas semua, kita bukan warga tak taat pajak," katanya.
Baca juga: PKS Desak Singapura Cabut Pernyataan Terkait Tudingan UAS Radikal, UAS: Jangan Belanja ke Singapura
Dubes RI untuk Singapura Buka Suara
Dilansir dari Kompas.tv, Duta Besar Republik Indonesia untuk Singapura Suryopratomo atau Tommy buka suara perihal Ustaz Abdul Somad yang mengaku dideportasi dari Singapura.
“Saya sudah minta penjelasan dari (Immigration and Checkpoints Authority) ICA. Menurut mereka, ICA memang menetapkan not to land kepada UAS karena tidak memenuhi kriteria untuk eligible (berhak) berkunjung ke Singapore,” kata Tommy kepada KOMPAS TV, Selasa (17/5/2022).
Tommy lebih lanjut menuturkan kendati mendapatkan informasi tersebut, Immigration and Checkpoints Authority (ICA) tidak menjelaskan kriteria apa yang ditetapkan sehingga Ustaz Abdul Somad tidak dapat masuk ke Singapura.
“ICA tidak mau menjelaskan kriteria yang mereka tetapkan. ICA juga tidak mau menjelaskan apakah Ustaz Abdul Somad masuk blacklist mereka atau tidak,” kata Tommy.
“NTL (note time limit) umum dilakukan Imigrasi setiap negara.
Untuk lebih jelas lebih baik hubungi Kedubes Singapura di Jakarta karena kewenangan itu sepenuhnya ada di Pemerintah Singapura,” ujarnya.
Sementara mengutip Tribunnews.com, Duta Besar Indonesia untuk Singapura, Suryopratomo, belakangan memberi tanggapan lengkap terkait insiden tersebut.
Ia menjelaskan terkait alasan Pemerintah Singapura menolak Ustaz Abdul Somad (UAS) masuk ke wilayahnya.
Suryopratomo mengatakan setelah mencuatnya kasus ini pihaknya telah berkomunikasi dengan Immigration and Checkpoints Authority (ICA) Singapura.
Setelah dikonfirmasi UAS memang ditolak atau tidak diizinkan untuk masuk ke wilayah Singapura.
Penolakan tersebut karena Pemerintah Singapura menganggap UAS tidak memenuhi syarat untuk bisa masuk Singapura.
"Selasa (17/5/2022) pagi, kami berkomunikasi dengan Immigration and Checkpoints Authority (ICA) Singapura. M
enanyakan kebenaran dan kemudian mereka menjelaskan bahwa Ustaz Abdul Somad memang ditolak untuk masuk ke Singapura."
"Jadi ada refusal of entry (penolakan). Jadi not to land atau tidak diizinkan untuk masuk. Apa alasannya, dianggap sebagai orang yang ineligible untuk bisa masuk berdasarkan kebijakan yang berlaku di Singapura," kata Suryopratomo dalam tayangan live program Sapa Indonesia Siang, Rabu (18/5/2022).
Lebih lanjut, Suryopratomo menuturkan pihaknya juga telah mengirimkan surat atau Nota Diplomatik ke Kementerian Luar Negeri Singapura.
Nota Diplomatik tersebut dikirimkan dengan tujuan untuk mengetahui alasan sebenarnya UAS ditolak masuk ke Singapura.
"Jadi kemarin setelah adanya kasus ini, tentunya secara formal KBRI Singapura mengirimkan surat kepada Kementerian Luar Negeri, Nota Diplomatik untuk menanyakan alasan sebenarnya dari penolakan itu," tuturnya.
Baca juga: UAS Diusir dari Singapura, Komisi I DPR RI Minta Dubes Singapura di Jakarta Segera Beri Klarifikasi
Dikhawatirkan Ganggu Kerukunan Antar Ras dan Agama
Kemudian pada pada Selasa (17/5/2022) malam, Kementerian Dalam Negeri Singapura menyatakan bahwa UAS dilarang masuk ke Singapura karena nilai-nilai dakwah yang disampaikannya dianggap tidak mencerminkan pemahaman atau penghormatan kepada agama lain.
Selain itu, nilai dakwah yang disampaikan UAS juga dinilai tidak sejalan dengan kebijakan Singapura sebagai negara multi ras dan multi agama yang membutuhkan kerukunan.
UAS juga dianggap dapat mengganggu stabilitas yang ada di Singapura, sehingga ditetapkanlah larangan masuk untuk UAS.
"Tadi malam Kementerian Dalam Negeri Singapura menyatakan bahwa memang UAS dilarang masuk ke Singapura karena dianggap nilai-nilai dakwah yang disampaikan oleh beliau itu tidak mencerminkan pemahaman atau penghormatan kepada agama lain."
"Dan bahkan memisah-misah dan itu dianggap sangat tidak sejalan dengan kebijakan yang berlaku di Singapura sebagai negara yang multi ras, multi agama yang membutuhkan kerukunan."
"Dan karena dianggap dapat mengganggu stabilitas yang ada di Singapura, maka ditetapkan untuk dilarang masuk ke Singapura," terang Suryopratomo.
Baca juga: VIDEO Penjelasan Dubes RI Soal Not to Land Notice dan Alasan UAS Ditolak Masuk Singapura
Anggota DPR RI Minta Pemerintah Panggil Dubes Singapura di Jakarta
Anggota Fraksi PKS DPR RI dari Dapil Riau II, Syahrul Aidi Maazat pada Selasa (17/5/2022) pagi menyatakan bahwa perlakuan imigrasi Singapura itu tidak baik.
Menurutnya, perlakuan imigrasi Singapura mendeportasi ulama kondang, UAS tanpa penjelasan dianggap melecehkan Indonesia.
“Negara Singapura ini merasa dirinya besar, Indonesia tidak dianggap sebagai mitra strategisnya. Sesukanya memperlakukan tokoh sekaliber UAS. Jika sekaliber UAS diperlakukan seperti itu, apalagi rakyat kecil!” tegas Dr Syahrul Aidi dikutip dari fraksi.pks.id.
Atas kejadian yang tidak mengenakkan hal itu, dia mendesak pemerintah segera memanggil Dubes Singapura untuk mengklarifikasi.
“Kapan perlu Pemerintah Singapura melalui Dubes Singapura minta maaf” tegas alumni Al Azhar Mesir ini.
Dia menambahkan, jasa Indonesia terhadap Singapura sangat besar. Singapura harus pandai menjaga adab dan etika bernegara. (Serambinews.com/Sara Masroni)