Opini

Demokrasi Dalam Islam

Bila dielaborasi secara luas pemerintahan sistem demokrasi adalah pemerintahan yang melibatkan semua rakyat baik secara individu

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Demokrasi Dalam Islam
FOR SERAMBINEWS.COM
Prof Dr M Hasbi Amiruddin MA,  Guru Besar Islamic Studies UIN Ar-Raniry, Ketua Dewan Pakar PB Inshafuddin, anggota Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslin (ICMI) Orwil Aceh, dan Direktur Lembaga Studi Agama Masyarakat (LSAMA) Banda Aceh

Al-Quran memang merupakan kitab yang pertama yang membicarakan hukumhukum sosial kemasyarakatan.

Berdasarkan contoh yang diberikan oleh Nabi kemudian dipraktikkan oleh para sahabat selanjutnya.

Al-Quran menganjurkan agar umat Islam selalu musyawarah dalam berbagai urusan.

Hal ini kemudian dipraktikkan oleh para sahabat pada sistem pergantian pemimpin negara.

Ketika Nabi wafat para sahabat bermusyawarah sesama warga Madinah sehingga terpilihnya Abu Bakar sebagai pemimpin mereka, demikian juga selanjutnya ketika abu Bakar Wafat para sahabat memilih Umar bin Khattab secara musyawarah menggantikan Abu Bakar dan selanjutnya melalui musyawarah juga terpilih Usman bin Affan menggantikan Umar bin Khattab dan terpilihnya Ali bin Thalib menggantikan Usman bin Affan.

Dalam sejarah juga terlihat para sahabat mempraktikkan demokrasi dalam sistem penyelenggaraan negara.

Setelah terpilihnya Abu Bakar sebagai khalifah lalu Abu Bakar berpidato kepada rakyatnya.

Dalam pidato pertamanya setelah dilantik antara lain Abu Bakar mengatakan: ”Patuhilah kepadaku selama aku taat kepada Allah dan rasul-Nya.

Jika aku berbuat durhaka maka tidaklah ada kewajiban kepadamu menaatiku”.

Dalam kenyataan juga Abu Bakar melaksanakan tugasnya dengan baik, menjaga hak-hak warga dan termasuk mempersiapkan mental warganya agar terus menerapkan sistem demokrasi.

Dan hal ini terbukti, ketika Abu Bakar wafat, para sahabat bermusyawarah kembali untuk memilih pemimpin baru yang kemudian terpilih Umar bin Khattab.

Ketika Umar bin Khattab terpilih sebagai khalifah, Umar juga berpidato memberi kesempatan kepada warganya untuk mengkritiknya jika dia telah melenceng dari aturan.

Perhatikanlah pidato pertama usai Umar bin Khattab dilantik, di antaranya dia mengatakan: “Barang siapa di antara kalian melihat ketidak- benaran pada diriku, maka hendaklah dia mau meluruskannya”.

Mendengar pidato khalifah Umar bin Khattab seperti itu salah seorang di antara yang hadir pada pelantikan langsung berkomentar: “Demi Allah wahai Umar, kalau aku sampai melihat ketidakbenaran ada padamu maka akan kuluruskan dengan ketajaman pedangku”.

Ketika Umar bin Khattab mendengar warganya mengucapkan seperti itu dia menyambutnya sebuah senyum sambil mengangkat tangannya tanda setuju.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved