Breaking News

Jurnalisme Warga

Tradisi ‘Melawat’ pada Masyarakat Simeulue

Bukan hanya sekadar untuk menambah jumlah pulau yang dikunjungi, melainkan juga untuk bisa menikmati keindahan alam yang masih natural dan luar biasa

Editor: bakri
SERAMBI/SARI MULYASNO
Sebuah pulau kecil berada di dalam Teluk Sinabang, Kabupaten Simeulue, dilihat dari udara menggunakan kamera drone tampak indah dipandang. 

Dalam masyarakat pulau ini terdapat salah satu tradisi yang sudah ada sejak zaman nenek moyang kami, yaitu melawat.

Melawat merupakan cara masyarakat untuk menjaga silaturahmi agar tetap terjalin dalam ikatan pertemanan, persahabatan, persaudaraan, dan kekeluargaan.

Masyarakat Simuelue juga mengatakan bahwa melawat merupakan cara masyarakat di sini untuk tetap menjaga kerukunan dan keharmonisan tanpa adanya konflik antarindividu dengan individu, kelompok dengan kelompok, dan individu dengan kelompok.

Melalui melawat, harmoni terjaga.

Sejarah melawat berdasarkan penuturan lisan secara turun-temurun, ada kaitannya dengan sejarah Simeulue sebagai sebuah pulau yang terpisah dari daratan Provinsi Aceh.

Sebelum bernama Simeulue, pulau ini konon diberi nama Pulau U (pulau kelapa).

Nah, Pulau U dikunjungi oleh Teungku Halilullah dengaan tujuan untuk mengislamkan penduduknya.

Teungku Halilullah merupakan salah satu orang yang diutus oleh Sultan Iskandar Muda yang hendak melakukan perjalanan ke Makkah.

Konkretnya, kegiatan melawat dilakukan setiap bulan berupa kunjungan rombongan tertentu dari satu desa ke desa lain dalam Kabupaten Simeulue.

Kegiatan ini dipimpin oleh orang yang jabatan atau posisi sosialnya tertinggi di desa.

Ia dipercaya sebagai pimpinan rombongan kegiatan.

Adapun kegiatan dalam acara melawat ini adalah sekelompok orang yang datang berkunjung ke sebuah desa yang siap menampung mereka duduk di tempat yang sudah disediakan didampingi ketua panitia.

Selanjutnya, acara pembukaan atau penyambutan dengan cara diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan jamuan minum dan kudapan kue.

Dilanjutkan dengan penampilan tari ‘ranup lampuan’, kata-kata sambutan dari ketua panitia atau yang mewakili organisasi/kelompok, ucapan terima kasih dari ketua rombongan, penutup, dan doa.

Lalu, diakhiri dengan makan bersama.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved