Jurnalisme Warga
Tradisi ‘Melawat’ pada Masyarakat Simeulue
Bukan hanya sekadar untuk menambah jumlah pulau yang dikunjungi, melainkan juga untuk bisa menikmati keindahan alam yang masih natural dan luar biasa
Dalam acara makan bersama, kaum laki-laki dan perempuan dipisahkan duduknya.
Kalau ada yang harus menginap, tempat tidur laki-laki dan perempuan pun dipisah.
Kelompok pria biasanya menginap di balai desa atau meunasah, sedangkan rombongan perempuan ditampung di rumah warga yang kebetulan lapang rumah dan hatinya.
Uniknya lagi, tempat menginap bagi rombongan laki-laki maupun perempuan sudah didekorasi menarik dan dilengkapi dengan kasur, bantal, dan sebagainya.
Tradisi melawat ini tentunya dapat memperkuat silaturahmi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Simeulue.
Selain itu, dengan melawat anggota rombongan bisa mendapatkan pengalaman baru, mengetahui kelemahan, kekurangan dalam berorganisasi, dan menjauhkan diri dari perseteruan.
Tradisi melawat ini sangat penting dalam konteks menjunjung tinggi nilai budaya tempatan.
Dalam masyarakat Simeulue terdapat beberapa macam bahasa daerah yang berbeda sehingga perbedaan tidak menghalangi untuk terus menjalin silaturahmi antardesa, kelompok, dan kelompok dengan pihak lainnya.
Setiap tiba waktu shalat, tamu dan masyarakat setempat melakukan shalat berjamaah dan dilanjutkan dengan kegiatan olaraga.
Kegiatan olaraga seperti bola kaki, bola voli biasanya dilakukan bakda asar.
Dalam kegiatan olahraga, terutama pemain bola kaki dan bola voli, semuanya harus dalam keadaan sehat.
Selesai kegiatan olahraga, tamu diperkenankan untuk istirahat dan dilanjutkan dengan shalat Magrib, kemudian makan malam bersama dengan masyarakat setempat.
Malamnya, dilanjutkan dengan kegiatan hiburan atau penampilan seni.
Acara ini dilakukan di tempat terbuka, misalnya di lapangan bola khaki.
Dibangun panggung dan tenda, dilengkapi dengan bangku dan meja.