Opini
Menyeimbangkan Imtak dan Iptek
Seorang muslim sejati, harus berusaha keras untuk menggapai kedua-duanya dan tidak boleh memilih hanya salah satu saja
Dari sisi positif, perkembangan Iptek telah memunculkan kesadaran yang kuat pada sebagian pelajar akan pentingnya memiliki keahlian dan keterampilan ilmu pengetahuan.
Utamanya untuk memudahkan kehidupan masa depan yang lebih baik, dalam rangka mengisi era milenial ketiga yang disebut sebagai era informasi dan era bio-teknologi.
Ini sekurangkurangnya telah memunculkan sikap optimis, generasi pelajar umumnya harus telah memiliki kesiapan dalam menghadapi perubahan itu.
Don Tapscott, dalam bukunya Growing up Digital (1999: 78-82), telah melakukan survei terhadap para remaja di berbagai negara.
Ia menyimpulkan, ada sepuluh ciri dari generasi 0 (zero), yang akan mengisi masa tersebut.
Ciri-ciri itu, para remaja umumnya memiliki pengetahuan memadai dan akses yang tidak terbatas.
Bergaul sangat intensif lewat internet, cenderung inklusif, bebas berekspresi, hidup didasarkan pada perkembangan teknologi, sehingga inovatif, bersikap lebih dewasa, investigatif arahnya pada how use something as good as possible (bagaimana menggunakan sesuatu dengan sebaik mungkin) bukan how does it work (bagaimana cara kerjanya).
Mereka pemikir cepat (fast thinker), peka dan kritis terutama pada informasi palsu, serta cek dan ricek menjadi keharusan bagi mereka.
Sikap optimis terhadap keadaan sebagian pelajar ini tentu harus diimbangi dengan memberikan pemahaman, arti penting mengembangkan aspek spiritual keagamaan dan aspek pengendalian emosional.
Sehingga tercapai keselarasan pemenuhan kebutuhan otak dan hati (Qalbu).
Penanaman kesadaran pentingnya nilai-nilai agama memberi jaminan kepada siswa akan kebahagiaan dan keselamatan hidup, bukan saja selama di dunia tapi juga kelak di akhirat.
Prof DR (HC) Ing DR Sc Mult Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng adalah orang pertama yang menggagas integrasi Imtak dan Iptek ini.
Hal ini, selain karena adanya problem dikotomi antara apa yang dinamakan ilmu-ilmu umum (sains) dan ilmu-ilmu agama (Islam), juga disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa pengembangan Iptek dalam sistem pendidikan Indonesia tampaknya berjalan sendiri, tanpa dukungan asas iman dan takwa yang kuat, sehingga pengembangan dan kemajuan Iptek tidak memiliki nilai tambah dan tidak memberikan manfaat yang cukup berarti bagi kemajuan dan kemaslahatan umat dan bangsa dalam arti yang seluas-luasnya.
Secara lebih spesifik, integrasi pendidikan Imtak dan Iptek ini diperlukan karena empat alasan.
Pertama, sebagaimana telah dikemukakan, Iptek akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan hidup umat manusia apabila Iptek disertai oleh asas iman dan takwa kepada Allah SWT.