Opini

Menyeimbangkan Imtak dan Iptek

Seorang muslim sejati, harus berusaha keras untuk menggapai kedua-duanya dan tidak boleh memilih hanya salah satu saja

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Menyeimbangkan Imtak dan Iptek
IST
Dr MURNI SPdI MPd, Wakil Ketua III STAI Tgk Chik Pante Kulu

Sebaliknya, tanpa asas Imtak, Iptek bisa disalahgunakan pada tujuantujuan yang bersifat destruktif.

Iptek dapat mengancam nilai-nilai kemanusiaan.

Jika demikian, Iptek diterima secara metodologis, tetapi batil dan miskin secara maknawi.

Kedua, pada kenyataannya, Iptek yang menjadi dasar modernisme, telah menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik, dan hedonistik, yang sangat berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang dianut oleh bangsa Indonesia.

Ketiga, dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan sepotong roti (kebutuhan jasmani), tetapi juga membutuhkan Imtak dan nilai-nilai surgawi (kebutuhan spiritual).

Oleh karena itu, penekanan pada salah satunya, hanya akan menyebabkan kehidupan menjadi pincang, berat sebelah, dan menyalahi hikmat kebijaksanaan Tuhan yang telah menciptakan manusia dalam kesatuan jiwa raga, lahir dan batin, dunia dan akhirat, dan Keempat, Imtak menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar manusia menggapai kebahagiaan hidup.

Tanpa dasar Imtak, segala atribut duniawi, seperti harta, pangkat, Iptek, dan keturunan, tidak akan mampu dan gagal mengantar manusia meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Kemajuan dalam semua itu, tanpa iman dan upaya mencari ridha Allah, hanya akan menghasilkan fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa selain bayangan palsu semata.

Maka integrasi Imtak dan Iptek harus diupayakan dalam format yang tepat sehingga keduanya berjalan seimbang (hand in hand) dan dapat mengantar manusia meraih kebaikan dunia (hasanah fi al-Dunya) dan kebaikan akhirat (hasanah fi al-akhirah).

Dalam mengintegrasikan atau keseimbangan antara Imtak dan Iptek, peluang anak-anak Aceh Carong (pintar) semakin besar dan tidak ada alasan lagi untuk tidak menjadi carong.

Tinggal hanya membutuhkan niat, usaha keras dan kesabaran dari orang tua, guru, masyarakat, pemerintah Aceh serta peran ulama juga sangat menentukan dalam keberhasilannya.

‘Aceh Carong’ yang digagas Pemerintah Aceh sudah mulai dilaksanakan sejak 2017 dan berlanjut hingga saat ini di 23 kabupaten/kota di Aceh.

Diharapkan dapat terwujud demi mencerdaskan dan memartabatkan masyarakat dalam kancah percaturan baik tingkat regional, nasional maupun internasional.

Baca juga: Kemajuan IPTEK untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Inovasi

Baca juga: Tim PKM Iptek Unsam Latih Warga Cara Gunakan Kompor Tenaga Surya, Begini Keunggulannya

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved