Mengenal Sosok Teuku Syahrul, Saudagar Aceh Pendiri Anteve yang Ikut Membidani Berdirinya Hipmi
Dari pernikahan itu lahir Teuku Riefky Harsya, Teuku Rafly Pasya, Cut Intan Fitra Syafira, Cut Modilla Natasya, dan Teuku Marvi Marsya.
Teuku Syahrul merupakan seorang pebisnis yang belakangan terjun ke dunia politik.
Baca juga: Pegiat Kuliner Ini tak Permasalahkan Nasi Uduk Dendeng Babi, Tapi yang Dipersoalkan Catut Nama Aceh
Baca juga: Apeksi Sebut Penghapusan Honorer Bisa Timbulkan ‘Kiamat Kecil, Minta Pusat Hati-hati dan Cermat
Baca juga: Bagaimana Hukumnya Berkurban untuk Orang yang Sudah Meninggal? Begini Penjelasan UAS
Dia adalah pemimpin di PT Mardex, sebuah pabrik marmer di Jawa Barat. Juga mendirikan HAS Muda Group bersama Datuk Hakim dan Agung Laksono.
Kegiatan usaha HAS Muda Group ini antara lain mendirikan Rajawali Taxi (Jakarta), Outdoorr Advertising, dan Oil & Gas.
Selain itu juga mendirikan keagenan peralatan penyiaran televisi (Philips, Marconi, Quantel, dll), serta mendirikan stasiun Televisi Anteve.
Teuku Syahrul juga pernah menjabat sebagai Anggota DPR RI daerah pemilihan (Dapil) Aceh, periode 1999-2004.

Sejarah Hipmi
Hipmi sendiri didirikan pada 10 Juni 1972. Dikutip dari tribunnewswiki, pendirian organisasi ini dilandasi semangat sembilan orang pendiri yang berprofesi sebagai pengusaha.
Mereka bercita-cita menumbuhkan wirausaha di kalangan pemuda, karena pada saat itu tidak banyak kaum muda yang bercita-cita menjadi pengusaha.
Pada saat itu, anggapan yang berkembang di masyarakat menempatkan kelompok pengusaha pada strata yang sangat rendah.
Hal itu kemudian menyebabkan sebagian besar anak muda terutama kalangan intelektual lebih memilih profesi lain seperti birokrat,TNI/POLRI dan sebagainya.

Dalam perjalanannya sampai terjadinya krisis ekonomi pada 1998, Hipmi telah sukses mencetak kaderisasi wirausaha, dengan tampilnya tokoh-tokoh muda dalam percaturan dunia usaha nasional maupun internasional.
Keadaan itu kemudian dapat mengubah pandangan masyarakat terhadap profesi pengusaha pada posisi terhormat.
Pada Era Reformasi, terutama pascakrisis ekonomi, dituntut adanya perubahan visi dan misi organisasi.
Hipmi senantiasa adaptif dengan paradigma baru, yakni menjadikan usaha kecil menengah sebagai pilar utama dan lokomotif pembangunan ekonomi nasional.(*)