Kupi Beungoh

Menyoal Kinerja Tim TAPA dalam Meraih Visi Aceh Kaya

Provinsi Aceh memiliki tim yang bertanggungjawab dalam penyusunan anggaran pembangunan. Tim ini disebut sebagai TAPA (Tim Anggaran Pemerintah Aceh)

Editor: Muhammad Hadi
FOR SERAMBINEWS.COM
Safaruddin SH, Ketua Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA) dan Ketua DPD Ikatan Advokat Indonesia ( Ikadin) Aceh 

Oleh: Safaruddin SH*)

Provinsi Aceh memiliki tim yang bertanggungjawab dalam penyusunan anggaran pembangunan. Tim ini disebut sebagai TAPA (Tim Anggaran Pemerintah Aceh).

Tim ini dibentuk oleh Gubernur Aceh guna memastikan alokasi anggaran pembangunan daerah agar sesuai dengan visi Gubernur yang telah ditetapkan dalam RPJM. Visi Gubernur Aceh 2019-2022 adalah “Aceh Hebat”.

Salah satu target dari visi mulia dalam “Aceh Hebat” adalah terwujudnya masyarakat Aceh yang makmur, tidak miskin, atau kerap disebut “Aceh Kaya”.

Jualan “Aceh Kaya” saat kampanye 2019 memberi kemenangan kepada pasangan Irwandi-Nova. Pesaing terdekat yaitu Muzakir Manaf-TA Khalid kalah dari Irwandi-Nova.

Baru setahun memerintah, Irwandi ditangkap KPK dan kemudian Nova menjadi Gubernur Aceh dalam durasi 4 tahun ke depan. Artinya tanggung jawab mewujudkan “Aceh Kaya” ada pundak Nova seorang diri.

Gubernur Aceh Nova Iriansyah telah menetapkan tim TAPA yang terdiri dari beberapa pejabat teras Aceh. Ketua Tim TAPA adalah Sekda Aceh, dengam anggota antara lain Kepala Bappeda Aceh dan Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Aceh (BPKA).

Di pundak 3 orang pejabat inilah visi “Aceh Kaya” harus terwujud dalam masa pemerintahan Gubernur Aceh Nova Iriansyah.

Baca juga: Pj Gubernur dan Kelanjutan Aceh Hebat

Di akhir jabatannya yang tanpa wakil itu, Gubernur Nova kiranya wajib memanggil Ketua Tim TAPA bersama anggotanya untuk menanyakan capaian visi “Aceh Kaya”; apakah Aceh saat ini sudah kaya atau masih miskin?

Sebab, kegagalan meraih visi “Aceh Kaya” akan ditagih dan diminta pertanggungjawaban oleh rakyat semasa hidup di dunia, selain diadili di akhirat kelak.

Rakyat Aceh menagih janji “Aceh Kaya” pada Gubernur Nova karena Irwandi-Nova yang mereka pilih saat Pilkada 2019 dahulu.

Nah, pertanyaanya: Beranikah Gubernur Aceh Nova Irianyah memanggil dan menyidang Ketua Tim TAPA bersama anggotanya?

Beranikah Nova Iriansyah membuka ke rakyat Aceh alasan gagalnya Aceh dalam meraih visi “Aceh Kaya”?

Adakah sanksi untuk Tim TAPA yang telah menggagalkan upaya meraih visi “Aceh Kaya” dengan dana pembangunan melimpah yang tersedia?

Itulah di antara sejumlah soalan dari rakyat Aceh, terutama pemilih pasangan Irwandi-Nova pada Pilkada 2019.

Aceh Tambah Miskin

Badan Pusat Statistik berkali-kali merilis data bahwa kondisi rayat Aceh itu miskin.

Menurut BPS, kemiskinan di Aceh parah, rangking pertama di Sumatera, lebih miskin dari Bengkulu yang tak memiliki dana Otsus.

Data terbaru dari BPS, kemiskinan Aceh berada di peringkat 5 nasional atau juara harapan II dalam bidang kemiskinan.

Baca juga: Kelalaian Kolektif Dana Otsus Aceh dan Tugas Berat Berikutnya

Untuk provinsi-provinsi di Sumatera, Aceh masih bertahan di rangking satu termiskin. Duh!

Rakyat Aceh merasa malu dengan raihan sebagai provinsi termiskin di Sumatera.

Mereka pasti sangat terpukul karena pemimpin yang mereka pilih gagal dalam mewujudkan janji “Aceh Kaya”.

Pejabat yang Kaya

Rakyat Aceh akan semakin sedih manakala melihat kehidupan para pejabat daerah yang makmur dan kaya.

Para pejabat memiliki rumah dinas, mobil mewah lengkap denga bensin, sopir dan ajudan. Bahkan, ada tim TAPA yang memakai mobil super mewah semisal Alphard.

Rakyat juga membaca berita bahwa pejabat sering ke luar negeri dengan rakyat. Alasan cari investor tapi hasilnya nol.

Bahkan saat investor dari India datang ke Aceh, mereka diusir. Ini jurus mabuk namanya.

Dalam menghadapi kemiskinan di Aceh, rakyat pasti berharap kemunculan sosok “juru selamat” yang akan membebaskan mereka dari lingkaran setan kemiskinan.

Baca juga: 4 Pulau Hilang, KIA Ladong Mati dan Bualan Aceh Hebat

Kepada para pejabat, teruatama Tim TAPA, disarankan untuk berhenti menghabiskan anggaran daerah tapi gagal dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Dalam hal ini, semoga DPRA agar memanggil Ketua Tim TAPA dan menanyakan manfaat atau oucome dari program-program dan anggaran yang telah dihabiskan

Manfaat atau outcome harus menjadi perhatian bersama, bukan sekedar realisasi anggaran.

Bagi rakyat, mungkin lebih baik terjadi Silpa daripada anggaran habis tapi manfaat (outcome) bagi tidak ada. Uang habis sia-sia. Kata pepatah: Arang habis, besi binasa.

Baca juga: Kapal Aceh Hebat, Memutus Kesenjangan Antar Wilayah Kepulauan di Aceh

Wahai pejabat daerah Aceh yang menerapkan Syariat Islam, jangan lagi kibuli dan siksa rakyatmu dengan harapan palsu.

Ingatlah Allah maha mengetahui dan akan membalasnya kelak. Semoga!

*) PENULIS, Ketua Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA), Ketua DPD Ikatan Advokat Indonesia ( Ikadin) Aceh, tinggal di Banda Aceh, email: nyaktafar@yahoo.com

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

BACA ARTIKEL KUPI BEUNGOH LAINNYA DI SINI

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved