Opini
Panggilan Haji
Haji, merupakan rukun Islam yang kelima, yaitu mengunjungi Baitullah untuk melakukan tawaf, sa’i dan wukuf di Arafah

Rasulullah saw menjelaskan bahwa riya termasuk “syirik khafi”.
Sifat ini sangat ditakutinya karena disadari atau tidak banyak umatnya digandrungi syirik khafi, karena riya.
Selain riya juga perlu dihindari “bid’ah”, yaitu menambah-nambah dalam ibadah yang tidak sejalan dengan sunnah Rasulullah saw.
Mengerjakan sesuatu yang tidak ada nashnya berdampak kepada dua hal, pertama, bid’ah dan Kedua, merusak akidah.
Bid’ah karena kita menambah-nambah waktu dan tempat beribadah seperti shalat sunat di Jabal Nur, Jabal Tsur dan Jabal Rahmah.
Sedangkan bisa merusak akidah karena beranggapan tempat itu berkah.
Selain itu juga perlu menjaga jangan sampai amaliahnya menjurus kepada syirik.
Seperti meyakini dengan mencium Hajarul Aswad misalnya, akan menjadi saksi di akhirat nanti.
Berkaitan dengan ini, Umar bin Khattab pernah mengucapkan, sebenarnya engkau hanya sebuah batu hitam biasa, karena Nabi menciummu, maka kau kucium.
Begitu juga melempar jamarat, jangan anggap bahwa Anda melempar setan.
Anda hanya melempar tiang (jumrah), karena begitulah yang dituntun Rasulullah saw.
Sa l ing “membantu” (ta’awun).
Saling membantu di antara sesama jamaah, tanpa harus menunggu diminta, seperti membawa barangnya, membawanya ke rumah sakit, atau menjenguknya di rumah sakit, mencari alamatnya ketika sesat jalan, memberikan tempat yang mudah dijangkau terutama bagi jamaah yang tua dan ‘uzur.
Fokuskan “ibadah”.
Usahakan setiap diri lebih banyak di masjid daripada di pasar.