Breaking News

Kisah Santi, Ibu yang Memperjuangkan Ganja Medis untuk Obati Putrinya yang Menderita Cerebral Palsy

Kisah Santi perjuangkan ganja medis demi obat sang putri, serta perjalanan panjang harus ditempuh untuk kesembuhan buah hati pengidap cerebral palsy.

Penulis: Sara Masroni | Editor: Mursal Ismail
Twitter @andienaisyah
Kisah Santi perjuangkan ganja medis demi obat sang putri, serta perjalanan panjang, tak mudah dan melelahkan harus ditempuh untuk kesembuhan buah hatinya yang mengidap cerebral palsy. 

"Waktu itu awam (tentang cerebral palsy), tetapi saat itu saya tidak terlalu memikirkan diagnosa dokter apa," bebernya.

"Yang saya konsenkan hanya oke, Pika minum obat, tapi juga tetap terapi," tambahnya.

Berbagai upaya dilakukan oleh Santi dan suaminya demi buah hatinya.

Selain medis, Santi juga mencoba ke berbagai pengobatan tradisional.

"Wah kalau orang bilang, kayak orang mau promil itu, coba ke sana, coba ke sini, coba makan ini, coba makan itu. Saya juga seperti itu," imbuhnya.

"Tapi saya tetap juga ke medis tidak terus menghentikan medis. Pijat ke sana, pijat ke situ, ditipu orang ya perjalanannya seperti itu," tambahnya.

Menemukan secercah harapan

Santi mengetahui informasi ganja bisa dimanfaatkan untuk medis saat masih bekerja di Bali.

Pada waktu itu, atasannya yang merupakan warga negara asing memberikan informasi tersebut.

Di negara atasannya tersebut, ganja medis sudah legal.

"Atasan saya itu orang asing, jadi beliau kan sering keluar masuk Indonesia. Waktu posisi beliau di luar Indonesia, beliau mengirimkan foto botol kepada saya," ujar Santi.

"Beliau bilang, Santi ini kalau di negaraku dipakai untuk obat kejang," tambahnya.

Santi kemudian melihat foto yang dikirimkan oleh atasannya. Di foto botol tersebut terdapat tulisan cannabis.

Mengetahui di Indonesia belum legal, Santi menolak tawaran atasannya yang akan membawakan minyak ganja tersebut.

"Di sini kan belum legal, saya tidak mau," tegasnya.

Saat berada di Yogyakarta, Santi bertemu dengan Dwi Pertiwi yang tidak lain adalah ibu dari almarhum Musa.

Dwi Pertiwi, lanjut Santi, pernah membawa Musa ke Australia untuk terapi medis.

Hasilnya kondisi Musa mengalami perkembangan yang baik.

"Musa itu kondisinya lebih berat dari pada Pika CP (cerebral palsy) nya itu tapi kondisinya ada perkembangan yang signifikan," tuturnya.

"Kejangnya banyak berkurang, tidurnya yang sering begadang jadi lebih bagus tidurnya, kekakuan tubuhnya itu melemas," tambahnya.

Baca juga: Usai Bu Santi Viral, Wapres Maruf Amin Minta MUI Buat Pedoman Ganja Medis

Santi mengetahui itu setelah bertanya kepada Dwi Pertiwi terapi yang diberikan kepada Musa.

"Dikasih apa tho Bude (Dwi Pertiwi), oh terapi gini, gini. Saya kan nggak bisa dapat di sini, bukan berarti saya mengesampingkan obat medis," tuturnya.

Santi selama ini telah melakukan usaha pengobatan bagi anaknya secara medis yang ada saat ini.

Namun, setelah bertahun-tahun tidak terlihat perkembangan yang signifikan terhadap kondisi Pika.

"Saya tujuh tahun lho ngasih obat kejang itu, bukan waktu yang sebentar," urainya.

"Kalau saya sudah ngasih obat itu dan belum ada hasil yang signifikan, kemudian ada sedikit harapan yang bisa saya berikan, saya upayakan ya saya kejar harapan itu," tambahnya.

Di sisi lain, kondisi ekonomi keluarga Santi, tidak memungkinkan untuk membawa Pika keluar negeri guna menjalani terapi ganja medis.

Santi pun kemudian membaca banyak literatur dan di beberapa negara sudah dilegalkan untuk medis.

Apa yang diperjuangkan Santi saat ini pun untuk keperluan medis, bukan yang lainnya.

"Jadi yang saya perjuangkan untuk medis. Kalau misalnya dilegalkan untuk proses distribusi, proses penelitian, pasti dari pihak-pihak terkait, pihak berwenang yang mempunyai

kewenangan untuk itu, bukan di ranah saya," ungkapnya.

"Kalau ranah saya cuma seorang ibu, yang berjuang untuk anaknya. Untuk teknis, petunjuk dan pelaksanaannya nanti kan sudah ada pihak-pihak yang berkompeten," tambahnya.

Baca juga: Senator Aceh Dukung Legalisasi Ganja Medis, Tetapi

Santi kemudian membulatkan tekad pada November 2020 untuk memasukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) uji materi terhadap UU No 35 tahun 2009 tentang Narkotika.

"Di awal karena Musa perkembangannya bagus, Saya kepingin juga tapi saya tidak bisa memberikan di Indonesia. Jadi kalaupun nanti bisa digunakan sebagai obat medis bukan hanya

untuk anak saya, tapi untuk anak-anak (cerebral palsy) yang lain," ucapnya.

"Apa salahnya sih yang dipakai di luar, kita pakai di sini. Ya tentu dengan pengawasan yang ketat dari aparat," tambahnya.

Sembari menunggu keputusan Mahkamah Konstitusi (MK), Santi masih terus melanjutkan pengobatan Pika secara medis yang ada saat ini.

Pika mengkonsumsi tiga macam obat kejang. Namun karena Pika mengalami efek samping, maka ada obat yang oleh dokter distop sementara.

"Setiap obat itu pasti ada efek samping, dan anak saya juga mengalami. Pernah dikasih obat kejang, itu Pika konsumsi dua minggu langsung muncul ruam-ruam merah, bibir pecah-

pecah, sariawan berdarah-darah gitu," urainya.

"Kemudian diganti obat, karena Pika konsumsi jangka panjang awal bulan kemarin muncul ruam-ruam merah di perut leher, kaki tangan kemudian oleh dokter dihentikan dulu," tambahnya.

Baca juga: Komisi III Undang Pakar Medis Aceh Bahas Ganja dalam RDP, Maruf Amin Minta MUI Keluarkan Fatwa

Tunggu keputusan MK

Santi bersama suami telah dua tahun menanti, namun belum juga ada keputusan dari Mahkamah Konstitusi (MK).

Tak lantas berdiam diri, Santi bersama suami dan Pika kemudian berangkat ke Jakarta agar MK segera memutuskan.

Di Jakarta Santi datang ke car free day (CFD) Bundaran HI dengan membawa papan berwarna putih. Di papan tersebut terdapat tulisan " TOLONG ANAKKU BUTUH GANJA MEDIS".

Aksi tersebut kemudian viral setelah penyanyi Andien Aisyah mengunggah di media sosial.

Santi pun mengaku tidak menyangka apa yang dilakukannya akan menjadi viral.

Sebab sebagai seorang ibu, Santi hanya ingin memberikan yang terbaik bagi buah hatinya yang menderita cerebral palsy.

Rencana Santi yang hanya sebentar di Jakarta pun berubah.

"Saya tidak berencana sampai segini lama dan segini, efeknya saya tidak menyangka sampai sebesar ini, ya lumayan shock juga ya capek ya iya, tapi ya memang harus saya jalani,"

urainya.

"Kalau nggak sekarang kapan lagi, ya kok dilalah saya yang mendapatkan kesempatan ya saya gunakan dulu. Nanti teman-teman yang lain tertolong juga, terbantu juga," ujarnya.

Selama di Jakarta, Santi sempat diundang dalam Rapat Dengar Pendapat Umum Komisi III DPR RI, Kamis (30/6/2022).

"Kemarin sih banyak support dari DPR dan mereka akan berusaha untuk mengawal terus untuk proses ini," ungkapnya.

Baca juga: Polemik Ganja Medis, Ternyata MPU Aceh Sudah Mengeluarkan Fatwa Penggunaan Narkotika di Tahun 1993

Santi memahami apa yang diperjuangkannya tidak akan mudah.

Selain itu, juga akan banyak menimbulkan pro dan kontra.

Namun yang terpenting bagi Santi adalah sudah berusaha semaksimal mungkin demi buah hatinya dan lebih luas bagi anak-anak lain yang juga menderita cerebral palsy.

"Saya paham tidak akan mudah, tapi yang terpenting Saya sudah berjuang, sudah berusaha. Hasilnya biar nanti Tuhan yang menentukan," pungkasnya.

Demikian kisah Santi perjuangkan ganja medis demi obat sang putri, serta perjalanan panjang, tak mudah dan melelahkan harus ditempuh untuk kesembuhan buah hatinya yang mengidap cerebral palsy.

(Serambinews.com/Sara Masroni, Kompas.com/Wijaya Kusuma)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved