Jurnalisme Warga
Lampoh Saka, Terlalu Manis untuk Dikenang
Berada di titik 121 kilometer dari Kota Banda Aceh, Lampoh Saka tak lebih dari sebuah kota kecil

OLEH YULIA ERNI, Anggota FAMe Chapter Pidie, melaporkan dari Lampoh Saka, Pidie
Berada di titik 121 kilometer dari Kota Banda Aceh, Lampoh Saka tak lebih dari sebuah kota kecil.
Keramaian pasar hampir tak pernah dijumpai di sini selayak kecamatan lain di sepanjang jalan lintas provinsi.
Di manakah mereka beraktivitas? Diapit tiga pusat perbelanjaan lengkap terjangkau jarak Caleue, Sigli, dan Beureunuen yang jika dihitung-hitung harga komoditas lebih hemat kantong adalah salah satu faktor minimnya pelanggan pasar di Lampoh Saka dari waktu ke waktu.
Gonta-ganti pemilik serta jenis usaha setiap tahun bagaikan tradisi.
Alasannya tentu kalah saing seiring akses transportasi semakin mudah dan murah.
Hanya warung kopi yang mampu membunuh kesepian pasar tanpa hari pekan itu.
Tiada beda.
Keramaian kampung pun biasanya hadir saat momen tertentu seperti Idulfitri, Iduladha, atau perhelatan maulid.
Layaknya masyarakat Pidie atau Aceh pada umumnya, warga Lampoh Saka juga beraktivitas sama: bertani, berdagang, tenaga harian lepas, pegawai kantor, bedanya sopir profesi paling ramah di sana.
Baca juga: Kunjungi Pengrajin Halua di Caleu, Ini Harapan Istri Wakil Bupati Pidie
Baca juga: Lagi, Gadis Aceh Disiksa dan Ditemukan Dalam Kondisi Menyedihkan di Malaysia, Asal Caleu Pidie
Namun, mayoritas mereka tetaplah perantau ulung.
Ya, sejalan melekatnya label Pidie sebagai ‘Cina Itam’.
Rasanya kini tak berlebihan Lampoh Saka masuk kategori kecamatan produksi pengusaha sukses.
Sebut saja perusahaan Otobus KAP (Kurnia, Anugerah, dan Pusaka).
Siapa yang tak mengenal autobus KAP? Jika tidak, domisili Aceh Anda patut dipertanyakan kembali.