Kisah Rahmah, Ketua Koperasi Ketiara, dari Kopi Gayo Gelondong sampai Ekspor ke Luar Negeri
Kisah Rahmah dan Koperasi Pedagang Kopi (Kopepi) Ketiara, mulai dari jual beli kopi gelondong hingga ekspor ke luar negeri dengan omzet 100 Rp miliar
Penulis: Sara Masroni | Editor: Amirullah
"Kalau diutangkan, kasihan bisa-bisa berhenti makan (para petani) dan anak-anaknya berhenti sekolah," ungkap Rahmah.
Ia pun harus putar otak mencarikan jalan keluar dan solusi terbaik menghadapi kondisi tersebut.
Akhirnya berkat bantuan beberapa buyer, Rahmah direkomendasikan ke salah satu bank di luar negeri dengan bunga 9 persen.
Ia cukup kaget akan tawaran itu karena selama ini hanya kredit palingan di sekitar Rp 4 juta, namun kini mulai main miliaran rupiah dan di luar negeri pula.
"Pak, saya cuma punya rumah sama gudang produksi, mana cukup untuk agunan. Tapi ternyata bank di sana tanpa agunan, saya lebih kaget lagi," kenangnya.
Setelah kontrak ia tandatangani bersama buyer, uang pun cair dan Rahmah mulai bisa berbelanja kopi dari para petani untuk persiapan ekspor pertamanya ke luar negeri.
Baca juga: Khadafi, Anak Muda Asal Lhokseumawe Bos Bisatopup Beromzet Rp 20 Miliar Per Bulan, Begini Kisahnya
Pecah Telur untuk Ekspor Pertama
Berbagai aral terjal diterobos Rahmah, demi perjuangannya bisa ekspor perdana ke luar negeri.
Ia bercerita di awal, karena tidak menggunakan perusahaan atau PT, ia pun menggunakan sistem koperasi untuk mengurus bisnis tersebut hingga ekspor.
"Harus buat koperasi, menganggotakan petani, karyawan, termasuk izin ekspor, banyak itu," kenang Rahmah.
"Tidak segampang, ah aku mau ekspor aja. Karena kalau urus ini, harus ada ini lainnya, banyak. Namun saya tidak pernah menyerah, tetap bagaimana caranya harus bisa ekspor," tambahnya.
Rahmah bercerita di awal pernah sudah mengurus izin ekspor, namun akhirnya mati (expired) padahal belum sempat terpakai untuk ekspor.
Ada banyak syarat yang harus dipenuhinya seperti sertifikat organik produk kopi yang bakal diekspor dan lain sebagainya sebagaimana permintaan calon buyer di luar negeri.
Sambil jalan, Rahmah pun banyak belajar mengenai bisnis ekspor, menjaga dan mempertahankan kualitas produk kopi hingga menjaga kepercayaan serta memuaskan para buyer, baik di dalam maupun luar negeri.
Pecah telur, ia pun berhasil melakukan ekspor pertamanya dengan berbagai keterbatasan yang ada.