Jurnalisme Warga
Jejak Orang Yunani di Spoordex Banda Aceh
Di sekitar Spoordex ramai dengan para pekerja dan pelancong karena lokasinya strategis, berdekatan dengan stasiun kereta api (Acheh Staats Spoor)
Dari cerita Mami Cut Gambang dan sang mantan notaris, dalam berpenampilan Tuan Muda Handziris cukup sederhana.
Mereka sering mengenakan baju safari putih dan ke mana-mana mengendarai sepeda.
Mami Cut Gambang pernah cerita bahwa, “Kedua mereka itu dipanggil tuan muda.
Mereka abang adik.
Kata orang-orang, mereka orang Yahudi.
Orangnya murah senyum, tapi tidak banyak bicara.
Karena kami sewa rumahnya, pasti kami segan kepadanya.
Paling-paling selama kami tinggal di Spoordex, Tuan Muda Handziris yang paling tua pernah dua kali masuk ke rumah, tapi sebentar aja.
Itu waktu kami menawarkan makan pisang goreng kepadanya.” (Teuku Cut Mahmud Aziz: 2009).
Pada masa pendudukan Jepang di Banda Aceh tahun 1942, kedua tuan muda ini bersama rekan-rekan mereka orang Eropa yang tinggal di Banda Aceh sempat diinternir di Penjara Keudah.
Mereka dibebaskan setelah Jepang menyerah kepada sekutu.
Hak partikelir yang dimiliki Tuan Muda Handziris adalah kepemilikan tanah yang luas di Kampung Keudah dan Darussalam.
Lokasi berdirinya Universitas Syiah Kuala dahulunya lahan milik Tuan Muda Hadziris.
Mereka juga punya tanah di Merduati dan di sekitar Masjid Raya Baiturrahman.
Ada juga usaha kayu di Ulee Lheue dan penyewaan rumah kopel di Spoordex.