Jurnalisme Warga

Mengenal Karawitan dari Alumnus ISBI Aceh

Ketika mendengar kata “karawitan”, maka yang terbayang dalam pikiran saya adalah alunan suara gamelan yang mengiringi pertunjukan tradisional Jawa

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Mengenal Karawitan dari Alumnus ISBI Aceh
FOR SERAMBINEWS.COM
IHAN NURDIN,  Jurnalis dan pegiat Forum Aceh Menulis (FAMe), melaporkan dari Meureudu, Pidie Jaya

Intan pun belajar kibor dan gitar dari ayahnya, Haris Yunardi.

Guru musik pertamanya.

Dari sinilah mulai terbit keinginan untuk kuliah di jurusan seni.

Intan pun bergerilya mencari informasi dan berniat untuk kuliah di Yogyakarta.

Lagi-lagi dilarang.

Sebagai satu-satunya anak perempuan, Intan tak diizinkan jauh-jauh dari orang tua.

Dari almarhum pamannya yang juga Ketua Sanggar Lempia, Zulfi Hermi atau Syeh Emi, Intan mendapat informasi tentang ISBI.

Ia pun jatuh hati pada perguruan tinggi negeri seni budaya yang resmi berdiri pada 6 Oktober 2014 dan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Surabaya.

Namun, justru di sinilah persoalannya.

Drama belum berakhir, ibunya yang ia panggil mamak tidak mengizinkan karena ISBI saat itu masih kampus baru, akreditasi belum ada.

“Mamak inginnya saya seperti beliau, menjadi guru, sedangkan saya tidak mau menjadi guru.

Saya maunya murni di seni, tidak untuk mengajar.

Kalau saya kuliah di kampus khusus seni tentunya akan beda kurikulumnya, ketimbang kuliah di jurusan seni yang ada di fakultas keguruan dan pendidikan.

Ini yang memantapkan saya kuliah di ISBI.

” Intan dihadapkan pada syarat yang diberikan ibunya, Mardhannah SAg.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved