Salam
Berusahalah Selamatkan Persiraja Meskipun Sulit
Pj Wali Kota Banda Aceh, Bakri Siddiq, berusaha menyelamatkan Persiraja Banda Aceh dengan membentuk tim transisi pascamundurnya Nazaruddin
Liga 2 itu bukan turnamen antarkampung (tarkam), tapi liga bergengsi yang tim-timnya harus memiliki manajemen yang profesional, pemain-pemain yang berkualitas, dan tentu saja pembiayaan yang memadai.
Jika Persiraja kelak akan mengandalkan pemain lokal, itu tak jadi soal.
Toh, yang namanya pemain berkualitas bisa datang dari mana saja.
Jadi, tak harus dari Brazil, Jepang, atau Korea.
Pemain-pemain lokal Indonesia, termasuk dari Aceh yang kini bermain di klub-klub Liga I, sudah memiliki kualitas sama dengan pemain import.
Pemain-pemain yang berkualitas dan profesional itu harus dilatih dan dimenej oleh pelatih yang baik serta manajemen yang baik pula.
Bagi pemain, manajemen yang baik itu tentulah yang mampu membayar gaji mereka secara teratur tepat waktu dan memberi fasilitas yang memadai.
Besaran gaji pemain tentu disesuaikan dengan kemampuan klub serta kesepakatan dengan si pamain sendiri.
Gaji pemain tentu tidak bisa disamaratakan.
Biasanya, pemain berkelas bintang akan berbeda gajinya dengan pemain yang belum mencapai kelas bintang.
Karena itu, Tim Transisi Persiraja kita harap memahami betul hal itu meskipun waktu kerja bagi mereka sangat sedikit.
Persiraja bukan hanya akan berat untuk kembali ke Liga 1, tapi juga akan sangat berat untuk bertahan di Liga 2 jika tak memiliki manajemen dan pendanaan yang baik.
Saat ini, sepak bola sudah menjadi bisnis padat modal.
Lihat saja, menjadi catatan sejarah dalam kompetisi Liga 1 Indonesia kali ini tidak ada satu pun klub dari Pulau Sumatera.
Dari 18 klub Liga I kali ini 14 klub dari Pulau Jawa, 2 klub dari Pulau Kalimantan, 1 klub dari Sulawesi, dan 1 klub dari Pulau Dewata Bali.