Jurnalisme Warga

Menggali Makna Intangible Koin Teluk Samawi

‘Intangible’ dalam bahasa Indonesia dimaknai sebagai aset tak berwujud atau aset nonmoneter yang membawa manfaat ekonomi ke masa depan

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Menggali Makna Intangible Koin Teluk Samawi
FOR SERAMBINEWS.COM
FARHAN ZUHRI BAIHAQI, Tenaga Ahli Bidang Adat da Kebudayaan Pemko Lhokseumawe serta Koordinator Komunitas Teluk Samawi, melaporkan dari Lhokseumawe

“Kini kita dapati bahwa koin Teluk Samawi ini dihargai 900.000 rupiah di platform digital marketing,” pungkas Yudi.

Upaya memugar ingatan Sejatinya, manfaat Kajian Koin Teluk Samawi yaitu membangun kembali peradaban di Bandar Teluk Samawi (Kota Lhokseumawe), selaras dengan pandangan Dr Saifuddin Dzuhri yang menyampaikan bahwa kajian koin Teluk Samawi dapat memberi penjelasan tentang identitas Lhokseumawe pada masa dikeluarkan koin Teluk Samawi.

Lebih lanjut juga dapat menjadi kontribusi bagi pemahaman sejarah Aceh, khususnya pada masa Sultan Jauhar Alam Syah.

Selain itu, saat ini di halaman Museum Kota Lhokseumawe atau lebih dikenal dengan MKL sedang dibangun Tugu Koin Teluk Samawi.

Menurut Joel Pase, Tugu Koin Teluk Samawi sebagai representatif keadaan ekonomi Lhokseumawe sebelum era petrodolar hadir, yaitu di masa kesultanan dulu.

Juga sebagai upaya memugar hati dan pikiran masyarakat bahwa Lhokseumawe pernah jaya secara ekonomi dari dulu.

“Sehingga, perhatian kita tidak hanya bertumpu pada kejayaan era petrodolar.

Tugu Koin Teluk Samawi juga dilengkapi dengan kapal Cakradonya di bagian atas sebagai pertanda bahwa perdagangan yang telah berjalan dahulu tidak hanya antarmasyarakat setempat, tapi juga merambah hingga ke suluruh Asia,” kata Joel Pase.

Teluk Samawi, selain sebagai jalur perdagangan juga sebagai pelabuhan singgahan untuk berbagai perbaikan, menyuplai perbekalan, dan memasok batu bara atau air.

Sebagaimana informasi yang saya peroleh dari Website www.mapesaaceh.com/ bahwa kepentingan Teluk Samawi di jalur pelayaran dunia sebenarnya telah diketahui sejak ratusan tahun sebelum kedatangan Von Schmidt (Kapten Laut Belanda).

Sedikitnya, sejak abad ke-7 Hijriah (ke-13 Masehi), sebuah kerajaan Islam telah memantapkan keberadaannya di pesisir teluk ini.

Von Schmidt menyatakan bahwa Teluk Samawi memiliki lokasi yang bagus, di mana dalam waktu yang sama ratusan kapal besar dapat menemukan tempat berlabuh yang bagus, dan kapal-kapal kecil dalam jumlah yang banyak dapat bersandar di dekat pantai.

Bahkan, dalam kondisi angin timur laut yang bertiup terus-menerus, rumpunrumpun bambu dan pantai dapat bertahan di sepanjang laguna yang tidak hanya cocok untuk kapal-kapal kecil, tapi juga untuk kapal yang dapat dilayari.

Wallahu’alam.

Baca juga: Napak Tilas Jalur Rempah di Samudera Pasai Diangkat dalam Film ‘Laguna Teluk Samawi’

Baca juga: Film Laguna Teluk Samawi Garapan Nyakman akan Tayang, Napak Tilas Jalur Rempah di Samudra Pasai 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Indahnya Islam 

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved