Irigasi

Debit Air di Bendungan Irigasi Mulai Kritis Akibat Kemarau

Selain Bendung Irigasi Ulee Glee, di Pijay, sebut Ade Surya, masih ada beberapa bendung irigasi lainnya, yang kondisi air di bendungnya sudah berada d

Penulis: Herianto | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS/FOR SERAMBINEWS.COM
Air Bedungan Irigasi Ulee Glee di Pijay sudah mulai kritis, berada 110 cm di bawah mercu bendungan utamanya, Senin (15/8/2022). 

Laporan Herianto l Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Musim kemarau yang mulai melanda sebagian wilayah Aceh, telah memberikan dampak negatif yang serius terhadap penurunan volume dan debit air di sejumlah bendungan irigasi di Kabupaten/Kota.

“Menurut laporan pengelola Bendung Irigasi Ulee Glee di Pijay kepada kami, kondisi air dalam bendungan irigasinya sudah berada 110 cm, di bawah mercu bendungan utamanya, kondisi itu sudah mulai kritis,” kata Kepala Dinas Pengairan Aceh, Ade Surya yang didampingi Kabid Bendungan Irigasi, Marzuki kepada Serambinewa.com, Senin (15/8/2022) di Banda Aceh.

Bendungan Irigasi di Titeu Pidie Hancur Diterjang Banjir, Warga 4 Gampong tak Bisa Tanam Padi

Debit Bendung Irigasi Mulai Turun, Petani Tak Ada Izin Tanam Gadu Jangan Nekat

Selain Bendung Irigasi Ulee Glee, di Pijay, sebut Ade Surya, masih ada beberapa bendung irigasi lainnya, yang kondisi air di bendungnya sudah berada di bawah mercu bendung utamanya, yaitu Bendung Irigasi Buloh Blang Ara, di Aceh Utara, kondisi air dalam bendung irigasinya berada di bawah 25 cm dari mercu.

Selanjutnya Bendung Irigasi Cubo Tringgadeng, kondisi air dalam bendung Irigasinya sudah berada 35 cm di bawah mercu.

Ketinggian air yang sudah berada di bawah mercu bendungan utama, kata Ade Surya, memberikan arti bahwa tekanan debit airnya sudah berada di bawah kondisi normalnya, sehingga pembagian penyaluran air irigasi ke sawah petani, perlu dilakukan secara bergilir dan pengawasan yang  ketat.

Tujuannya agar antara kelompok tani dan Gampong tidak terjadi konflik, gara-gara penyaluran pembagian air bendung irigasi yang tidak merata ke sawah petani.

 Ade Surya mengatakan, ada beberapa lokasi bendung irigasi, ketinggian airnya masih berada di atas mercu bendung utamanya. Misalnya Bendung Irigasi Jamuan, Aceh Utara, kondisi air bendungnya masih berada di atas mercu bendung utamanya.

Kemudian Bendung Krueng Tuan Aceh Utara, kondisi airnya masih melewati mercu bendung utama.

Namun begitu, menurut laporan dari pengelola bendungnya, bila dua pekan ke depan tidak ada hujan turun, tekanan debit airnya akan menurun, di bawah mercu bendungan utamanya.

Sementara ini, untuk Bendung Irigasi Krueng Tuan, belum perlu dilakukan pembagian air secara bergiliran ke sawah petaninya, karena tekanan debit airnya masih normal.

Ade Surya mengingatkan, sawah petani yang letaknya berada di ujung tali air bendung irigasi, jangan nekat sawahnya di tanam padi, dikhawatir bila tidak ada hujan turun, penyaluran air bendung irigasi ke sawahnya tidak bisa terpenuhi sampai masa berbuah padi, sehingga peluang akan terjadi kekeringan terhadap tanaman padinya cukup besar.

Badan Metrologi Klimatologi Geofisika (BMKG)  Aceh, kata Ade Surya, telah memberikan peringatan kepada kita semua, pada pekan lalu, bahwa pada minggu ketiga bulan Agustus ini, wilayah Aceh sudah masuk musim kemarau, dimana curah hujan mulai menurun drastis, sehingga petani padi dan lainnya untuk lebih berhati-hati lagi.

Karena pada musim kemarau ini, penguapan air tanah ke udara sangat besar. Kalaupun ada terjadi hujan, volumenya air sedikit dan tidak bisa dijadikan ukuran untuk memberikan jaminan terhadap tanaman padi, airnya bisa terpenuhi untuk pembuahan sampai panen padi.

Kepala ranting Pengelola Bendung Irigasi, yang kondisi air di bendungan irigasinya sudah berada di bawah mercu bendung utamanya, kata Ade Surya, tolong dalam pembagian pergiliran air bendung irigasinya, dilakukan secara bijak, agar tidak menimbulkan konflik internal.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved