Jurnalisme Warga

Meresapi Dunia Guru Lewat Pendidikan Profesi

PPG ini terbagi dua, yakni PPG Dalam Jabatan yang diperuntukkan bagi guru yang sudah mengajar dan terdata di Dapodik sekolah dan PPG Prajabatan

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Meresapi Dunia Guru Lewat Pendidikan Profesi
FOR SERAMBINEWS.COM
HENDRA KASMI, Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia (Penbi) dan Fasilitator Pendidikan Profesi Guru Bidang Studi Penbi UBBG Banda Aceh, serta Anggota FAMe, melaporkan dari Banda Aceh

OLEH HENDRA KASMI, Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia (Penbi) dan Fasilitator Pendidikan Profesi Guru Bidang Studi Penbi UBBG Banda Aceh, serta Anggota FAMe, melaporkan dari Banda Aceh

PENDIDIKAN Profesi Guru (PPG) merupakan salah satu program pendidikan tinggi bagi lulusan sarjana pendidikan atau guru sekolah yang namanya terdata di data pokok pendidikan (Dapodik) sekolah.

Tujuannya mempersiapkan peserta didik memiliki keahlian khusus untuk menjadi guru.

Mereka yang memenuhi syarat tersebut bisa mendaftar dan melengkapi berkas yang dibutuhkan, lalu mengikuti seleksi.

Kalau lulus tes akan dipanggil untuk mengikuti perkuliahan.

Di akhir perkuliahan peserta akan mengikuti tes kembali sebagai syarat kelulusan.

Mereka yang lulus akan langsung mendapatkan sertifikat pendidik.

PPG ini terbagi dua, yakni PPG Dalam Jabatan yang diperuntukkan bagi guru yang sudah mengajar dan terdata di Dapodik sekolah dan PPG Prajabatan yang diperuntukkan bagi lulusan sarjana pendidikan yang belum mulai mengajar dan namanya belum terdata di Dapodik sekolah.

Masa kuliah PPG Dalam Jabatan tiga bulan, sedangkan PPG Prajabatan Rp dua semester.

Mereka akan melaksanakan perkuliahan di perguruan tinggi penyelenggara yang telah ditentukan oleh Kemendikbud.

Baca juga: STKIP BBG Banda Aceh Buka Prodi Profesi Guru

Baca juga: CPNS 2021 Hampir Dibuka,Paling Banyak Profesi Guru & Tenaga Kesehatan, Ingat! Jangan Lupa Syarat Ini

Ini adalah tahun kedua saya menjadi fasilitator Pendidikan Profesi Guru di Kampus UBBG.

Seperti yang kita ketahui, UBBG merupakan salah satu perrguruan tinggi swasta (PTS ) di Provinsi Aceh yang ditunjuk Kemendikbud sebagai penyelenggara PPG.

UBBG juga ditunjuk sebagai satu-satunya PTS di Aceh sebagai penyelenggara tes ujian substantif PPG Prajabatan Tahun 2022 Kemdikbud.

Menjadi fasilitator PPG ini menjadi pengalaman baru bagi saya.

Tentu ini menjadi kebahagiaan tersendiri bisa berbagi ilmu dan pengalaman dengan para guru tentang permasalahan dalam dunia pendidikan.

Sepertinya tidak cukup waktu tiga sampai empat jam dalam ruang virtual untuk membicarakan berbagai pemasalahan pendidikan berhubungan dengan proses belajar-mengajar, karakter siswa, lingkungan sekolah, fasilitas, perangkat pembelajaran, dan sebagainya.

Saya juga terkadang menjadi pendengar yang budiman tentang curahan hati guru di Aceh.

Memang tahun ini pesertanya sebagian besar berasal dari Aceh, berbeda dengan tahun lalu pesertanya berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

Walau secara struktural memang statusnya berbeda, tetapi secara emosional saya lebih menganggap peserta ini sebagai teman sejawat karena pada dasarnya saya pernah menjadi guru di beberapa sekolah swasta di Banda Aceh dan Aceh Besar sebelum beralih jadi dosen.

Jadi, secara tidak langsung berbagai permasalahan yang dialami oleh guru ini juga pernah saya alami dulu.

Lebih kurang, sudah delapan tahun saya meninggalkan profesi pendidik di sekolah tentu saja banyak pengalaman terbaru, kurikulum, dan sistem pembelajaran yang telah jauh berubah, dan lebih inovatif pada era ini.

Maka, berjumpa dengan teman-teman guru dalam ruang virtual ini seperti sebuah reunian sembari berbagi cerita tentang dunia yang telah lama saya tinggalkan.

Bertemu dan berdiskusi dengan para guru ini saya betul- betul meresapi dunia pendidik yang penuh dinamika.

Ada kesan mendalam saat kita mendidik dengan tulus dan sepenuh hati dan tidak diukur dengan material.

Berbaur dan bercengkerama dengan para siswa setiap pagi merupakan kebahagiaan tersendiri.

Hilang segala peluh dan beban yang mendera.

Pada perkuliahan ini mereka mengidentifikasi masalah yang muncul di sekolah masing- masing.

Tentu saja permasalahan yang dihadapi sekolah yang satu dengan yang lain jelas berbeda.

Lalu, mereka mencari kajian literatur yang terkait dengan akar penyebab masalah lalu menggali informasi dengan narasumber terkait baik dengan guru, kepala sekolah, siswa, pengawas, dan pakar tentang faktor penyebab masalah dan solusi yang tepat.

Kemudian, mengkaji dan menyimpulkan hasil analisis menurut perspektif, lalu dipresentasikan dan didiskusikan bersama dosen, guru pamong, dan peserta lain sebelum diunggah untuk penilaian.

Tahap selanjutnya mereka mendesain perangkat pembelajaran inovatif yang akan mereka gunakan saat praktik mengajar nanti.

Dalam hal ini, para peserta harus mampu berinovasi dalam merancang perangkat pembelajaran, yakni rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan ajar, media pembelajaran, lembar kerja peserta didik (LKPD), instrumen, dan rubrik penilaian.

Namun, media pembelajaran yang digunakan menekankan pada aspek virtual reality (VR), augmented reality (AR), dan artificial intellingence (AI).

Dalam hal ini peserta harus merancang media dalam bentuk video, PPT, mentimeter, kahoot, dan sebagainya.

Hal ini sebagai wujud dari implementasi inovasi pendidikan.

Dalam mengimplementasikannya banyak tantangan dan permasalahan yang dihadapi.

Salah satunya adalah faktor jaringan internet.

Bisa dimaklumi bahwa sebagian besar peserta adalah guru daerah terpencil yang sering terkendala dengan jaringan internet sehingga proses perkuliahan terganggu.

Mereka tidak bisa mengakses berbagai referensi di internet, begitu juga dengan contoh media dan video pembelajaran.

Padahal, sudah menjadi tuntutan pendidikan pada era teknologi ini.

Permasalahan lainnya adalah fasilitas terbatas dan minat belajar siswa yang masih sangat rendah.

Sebagian guru belum mampu berinovasi dalam menyusun perangkat dan media pembelajaran.

Juga masih rendahnya minat siswa dalam berliterasi baik membaca maupun menulis.

Namun, hal ini tidak mengurangi semangat guru berusaha untuk memberikan yang terbaik dalam memajukan pendidikan Indonesia.

Sebenarnya, banyak permasalahan dalam dunia pendidikan yang tidak tuntas untuk dibahas dan tidak cukup waktu pada ruang virtual ini.

Seharusnya juga kajian tentang dunia pendidikan ini tidak hanya dalam perkuliahan PPG yang berlangsung dalam beberapa bulan ini.

Namun, harus terus berlanjut setelah mereka mendapat sertifikat pendidik.

Itulah sejatinya guru profesional, harus menggali berbagai akar permasalahan pendidikan dan bersama-sama mencari solusi untuk mengatasi berbagai permasalahan pendidikan.

Selain itu, guru profesional harus menjadi 'role model' dalam berbagai proses pembelajaran dengan merancang berbagai inovasi pembelajaran berbasis teknologi.

Baik dalam hal penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, proses belajar-mengajar, media, maupun fasilitas pembelajaran, dan lainnya.

Harapannya ada tindak lanjut dalam mengembangkan mutu pendidikan ini dengan mengembangkan program-program kreatif, inovatif, dan berdampak baik baik kemajuan pendidikan Indonesia, khususnya di Provinsi Aceh.

Tentu juga para guru harus bekerja sama dengan berbagai elemen, baik elemen pemerintah melalui dinas pendidikan, pihak sekolah, dan masyarakat.

Program PPG ini akan terus berlanjut karena sangat besar dampaknya bagi keberlangsungan pendidikan.

Melalui program akan meningkatkan SDM pendidik unggul yang akan mencerdaskan generasi bangsa kelak.

Kita doakan bersama semoga semua peserta ini bisa lulus dengan hasil memuaskan.

Amin.

Baca juga: Kemenag Aceh Kembali Cairkan Tunjangan Profesi Guru PAI, Total Rp 4,2 Miliar

Baca juga: FTK UIN Ar-Raniry Lakukan Refreshment Instruktur Pendidikan Profesi Guru

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved