Jurnalisme Warga
Transkoetaradja di Mata Mahasiswi
SAYA tinggal di Gampong Punge Blang Cut, Kecamatan Jaya Baru, Kota Banda Aceh. Setiap pergi dan pulang kuliah saya menggunakan angkutan massal bus

Rasanya tidak masalah berjemur di pagi hari untuk mendapatkan vitamin D gratis dari sang surya, mumpung masih pukul 08.35 WIB.
Tak lama menunggu, tiba satu bus Transkoetaraja yang menuju Darussalam koridor 1.
Bus ini sangat penuh.Banyak penumpang yang berdiri.
Setelah penumpang turun dari bus barulah penumpang yang ingin naik masuk ke dalam bus.
Lantunan lagu Aceh menggema di dalam bus pada saat saya duduk di kursi penumpang.
Ada pengalaman berkesan sewaktu saya pulang dari kampus mengejar Transkoetaradja trayek Kedah-Darussalam koridor 1.
Saat itu, Rabu (15/6/2022) sore, bus terlihat dari jauh.
Posisi saya juga masih jauh dari tangga bus (pengganti halte bus) yang ada di depan Toko Fantasi Darussalam, Banda Aceh.
Saya memutuskan berjalan cepat menyeberangi jalan dua jalur.
Saat itu jalan dipenuhi kendaraan.
Ada rasa waswas di hati saya, perasaan takut ditinggal bus dan takut ditabrak kendaraan yang melaju kencang.
Dengan berlari saya melambaikan tangan agar sopir (pramudi) berhenti.
Untunglah satu orang penumpang laki-laki yang baru turun melihat saya yang sedang berlari.
Dia sepertinya paham kondisi saya yang sedang mengejar bus, dengan cekatan penumpang tersebut menoleh ke belakang agar kondekturnya menunggu saya.
Kondektur bus menatap saya tanpa kata saat saya naiki tangga dengan terburu-buru.