Kisah Abudzar Ghifari, Resign dari Perusahaan Besar Karena Takut Riba, Kini Jadi Pedagang Mie Aceh
Abu Dzar telah mencurahkan segala tenaga dan kemampuannya untuk melakukan perlawanan secara damai dan menjauhkan diri dari segala kehidupan dunia.
Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Amirullah
Warung Mie Aceh “Ghifari’s Family” ini beralamat di Jalan Tegal Parang Selatan 1 Nomor 24, Mampang Jakarta Selatan.
“Padahal rumah itu kan harusnya menjadi tempat untuk menenangkan diri. Tapi saya merasa hidup ini tidak pernah tenang,” kata Abudzar melanjutkan ceritanya kenapa menanggalkan status karyawan di perusahaan besar itu.
Berawal dari Aceh
Abudzar Ghifari adalah pemuda kelahiran Tomang, Jakarta Barat tahun 1984.
Ayah ibunya adalah perantau asal Reubee, Kecamatan Delima Kabupaten Pidie, Aceh.
Ayahnya, M Jafar merantau ke Jakarta pada tahun 1978. Ia merupakan orang kepercayaan dari Ibrahim Risjad (almarhum), konglomerat asal Aceh yang merupakan mitra bisnis dan Sudono Salim alias Liem Sioe Liong, konglomerat pendiri Salim Group.
Abudzar mengawali karirnya di sebuah perusahaan mitra kerja BUMN pada tahun 2007, di Aceh.
Baca juga: Kisah Sukses Faiz Daffa Bos Antarestar, Rintis Bisnis Sejak Usia 11 Tahun, Kini Raup Omzet Rp 1 M
Perusahaan nasional tempat dia bekerja bergerak di bidang produksi beton dan kontruksi dengan markas di Jakarta.
Ketika pertama kali bergabung di perusahaan ini, Abudzar berposisi sebagai staf lapangan pada proyek kontruksi pada masa rehabilitasi dan rekontruksi kembali Aceh dan Nias setelah bencana gempa dan tsunami yang terjadi pada tahun 2004 lalu.
“Saya bekerja di perusahaan itu selama 13 tahun. Ketika awal bergabung pada tahun 2007, gaji saya masih sebesar Rp 1,9 juta per bulan,” ungkap Abudzar.
Hingga pada bulan Desember 2020, Abudzar memutuskan keluar dari perusahaan itu.
Saat itu, gajinya sudah berada di kisaran angka Rp 9 juta per bulan.
Jumlah itu sudah lebih dari cukup bagi Abudzar untuk menafkahi keluarganya, karena dia tidak harus mengontrak dan memiliki beberapa warisan yang menghasilkan, seperti rumah kost, toko, dan sawah di Aceh.
Lalu apa yang membuatnya sampai resign dari perusahaan itu?
“Saya ingin keluar dari zona nyaman,” kata Abudzar yang awalnya enggan menyinggung tentang ketakutannya terhadap riba yang sangat mengganggu kehidupannya.
Baca juga: Jadi Ketua PUAN Aceh, Ini Profil Shella Saukia Crazy Rich Aceh Sering Bagikan Tips Sukses Bisnis