Jurnalisme Warga
Harga BBM Naik, Harga Kebutuhan Meroket
Banyak Stasiun Pengisisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang diserbu pembeli untuk mendapatkan BBM dengan harga norma

OLEH CHAIRUL BARIAH, Wakil Rektor II Universitas Islam Kebangsaan Indonesia, Dosen Fakutas Ekonomi Universitas Almuslim, dan Anggota FAMe Chapter Bireuen, melaporkan dari Matangglumpang Dua, Bireuen
PRESIDEN Republik Indonesia, Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada Sabtu, 3 September 2022, pukul 14.30 WIB, dengan berbagai pertimbangan dan menjadi titik awal perubahan harga berbagai kebutuhan baik pokok maupun tambahan.
Di hari-hari menjelang kenaikan harga BBM, banyak Stasiun Pengisisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang diserbu pembeli untuk mendapatkan BBM dengan harga normal, tak terkecuali di Bireuen dan Lhokseumawe.
Di negeri kita ini SPBU ada tiga jenis.
SPBU yang berwarna merah sejak tahun 2006 disebut dengan SPBU Pasti Pas, memiliki fasilitas musala, toilet, tempat isi angin, dan minimarket.
SPBU warna biru disebut SPBU Pasti Prima dengan fasilitas lengkap, berupa ATM, bengkel, restoran cepat saji, jasa cuci kendaraan, penjualan pelumas dan elpiji, sedangkan yang berwarna hijau adalah Green Energy Station (GES) memiliki empat konsep utama, yaitu green, future, digital, dan high tier fuel.
Untuk mengetahui secara cepat jika sedang berada di SPBU perhatikan juga warna dari nozle gagang pengisian dari dispenser ke tangki oleh petugas.
Warna hijau untuk pertalite, biru untuk pertamax, dan warna merah untuk pertamax turbo.
Untuk setiap jenis BBM, berdasarkan ketentuan pemerintah, maka setiap SPBU mulai mengubah harga penjualan dengan harga pokok baru.
Hasil pemantauan saya di salah satu SPBU Kota Bireuen dalam waktu yang kurang dari 30 menit setelah kenaikan harga diumumkan Presiden Jokowi secara otomatis semua jenis bahan bakar mengalami kenaikan harga.
Menurut Heri, salah seorang warga Bireuen, dia terlambat mengisi BBM pada pagi hari dan ternyata siangnya sudah berlaku harga yang baru.
“Apa pun ketentuan yang ada, mau tidak mau, harus kita ikut, karena setiap hari kerja ke kantor menggunakan kendaraan roda dua,” ujarnya.
Baca juga: Apakah Ada Pembatasan CC Mobil untuk Mengisi BBM Bersubsidi di SPBU? Ini Jawaban Pertamina
Baca juga: Tolak Kenaikan BBM, Mahasiswa Duduki Ruangan Paripurna DPR Aceh
Harga BBM untuk semua jenis mengalami kenaikan harga, sebelumnya untuk pertalite dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000; solar dari harga Rp5.150 per liter disesuaikan menjadi Rp6.800 per liter, dan pertamax dari harga Rp12.500 ke harga Rp14.500.
Kenaikan harga BBM sangat memengaruhi harga kebutuhan pokok, baik di pasar tradisional maupun modern.
Di Pasar Matangglumpang Dua misalnya, beras 15 kilogram dijual dengan harga Rp185.000, sebelunya hanya Rp170.000; telur satu papan dulu harganya Rp45.000, saat ini sudah lebih dari Rp70.000; minyak goreng kemasan satu liter dulu Rp24.000 saat ini Rp27.000.
Khusus minyak goreng, beberapa bulan sebelumnya pernah mengalami penurunan, akhirnya kini naik lagi.
Kebutuhan pokok lainnya seperti cabai, bawang, dan gula pasir semua ikut mengalami kenaikan.
Akibat yang sangat dirasakan oleh ibu rumah tangga adalah uang belanja yang biasanya cukup, sekarang hanya dapat membeli sebagian kecil dari kebutuhan yang diperlukan.
Untuk belanja senilai Rp100.000 di pasar tradisional walaupun sudah dilakukan penawaran tetaplah belum mencukupi karena harga ikan dan bumbu juga mengalami kenaikan.
Ibu rumah tangga ibaratnya bendahara satu perusahaan yang harus mencatat semua kebutuhan yang diperlukan keluarga selain kebutuhan pokok.
Jajan ananda juga mengalami peningkatan.
Untuk yang duduk di bangku SMP masih cukup dengan jajan Rp20.000 per hari dengan catatan membawa sepeda ke sekolah, sedangkan yang SMA biasanya Rp30.000 harus ada penambahan untuk BBM sepeda motornya.
Mengisi waktu libur, saya bersama keluarga jalan-jalan ke Kota Lhokseumawe hari Minggu lalu.
Pada saat melintas jalan nasional Banda Aceh-Medan terlihat tidak seramai Minggu sebelumnya.
Baca juga: VIDEO Tolak Kenaikan BBM, Massa Mahasiswa Duduki Ruangan Paripurna DPR Aceh
Baca juga: VIDEO Aksi Demonstrasi Tolak Kenaikan Harga BBM di Sejumlah Wilayah
Apakah ini ada pengaruhnya dengan kenaikan harga BBM? Pada saat melewati beberapa SPBU terlihat sepi.
Namun, untuk memastikan apa yang terjadi kami berhenti untuk mengisi BBM walaupun sebenarnya masih ada minyak di tangki mobil.
“Mungkin banyak kendaraan yang sudah mengisi BBM sebelum harga naik pak,” ujar Nasir, salah seorang petugas SPBU waktu kami tanya apakah banyak kendaraan yang mengisi minyak hari ini.
Selanjutnya kami mengunjungi Toko Rauza Souvenir Aceh di Ulee Madon, Kecamatan Muara Batu, Aceh Utara, hanya berselang satu hari setelah harga BBM naik.
Toko ini menyediakan aneka oleh-oleh khas Aceh, sama seperti yang lain tujuan kami untuk membeli beberapa jenis cendera mata yang menarik sesuai dengan pesanan salah seorang perantau dari negeri seberang.
Pemilik toko ini menuturkan bahwa kenaikan harga BBM juga memengaruhi kelancaran industri rumah tangga yang digelutinya.
Harga bahan produksi mengalami kenaikan, sedangkan harga barang yang sudah jadi sulit untuk disesuaikan.
“Walaupun terkadang ada permintaan dalam jumlah banyak yang tidak dapat dipenuhi.
Hal ini membuat kami kehilangan pelanggan,” katanya.
Sebenarnya, harga bahan mentah yang diperlukan sudah mengalami kenaikan pada saat isu kenaikan BBM merebak.
Baca juga: VIDEO - Tolak Kenaikan BBM, Ribuan Mahasiswa Demo di Kantor DPRA
Untuk menyiasatinya tak ada pilihan selain mengurangi tenaga kerja dan penurunan jumlah produksi.
Beberapa tahun sebelum pandemi Covid-19, usaha ini sangat lancar, tokonya dipenuhi dengan berbagai jenis koleksi kerawang khas Aceh yang dibuat berupa tas mulai dari yang kecil sampai yang besar, dompet pria dan wanita, gantungan kunci, dan lainlain.
Namun, kini hanya tinggal beberapa jenis saja.
Ketika wabah pandemi, daya beli masyarakat berkurang, harapannya setelah pandemi berlalu usaha ini akan lebih maju.
Ternyata, harapan tak sesuai dengan kenyataan: terpuruk saat pandemi, tertindas saat BBM naik.
Hal ini membuat penjualan suvenir tidak seperti yang dinginkan, di samping itu daya beli pencinta suvenir pun melemah.
Kurangnya kunjungan wisatawan mancanegara dan nasional datang ke Aceh turut memengaruhi penjualan oleh-oleh khas Aceh.
Sangat diperlukan adanya perhatian dari Dinas Pariwisata dan UKM dalam pengembangan usaha ini.
Pengusaha kuliner juga turut merasakan pengaruh kenaikan harga BBM karena bahanbahan yang digunakan dalam pengolahan makanan juga mengalami kenaikan.
Jika digambarkan dalam grafik harga BBM berada di bawah dari harga kebutuhan pokok baik rumah tangga maupun industri, semua meroket.
Kenaikan harga BBM tahun ini menjadi catatan tersendiri bahwa semua kita harus belajar hemat dan sabar dalam menjalani kehidupan.
Bila dapat memanfaatkan pekarangan rumah maka tanamlah berbagai sayuran dan tanaman apotek hidup sehingga tak perlu membeli sayur ke pasar.
Cara ini insyaallah dapat mengurangi pengeluaran harian yang terdampak oleh kenaikan harga BBM.
Demikian pula, lebih berhematlah dalam penggunaan listrik dan air pam, untuk mengurangi beban pengeluaran harian.
Mari kita mulai dari hal yang sederhana.(chairulb06@ gmail.com)
Baca juga: Kenaikan Harga BBM Tekan Daya Beli Masyarakat
Baca juga: Sepakat dengan Demonstran, DPRA Desak Pemerintah Turunkan Harga BBM