Breaking News

Kupi Beungoh

Inovasi dan Digitalisasi Demi Pendidikan Aceh

Kewajiban meningkatkan mutu pendidikan Aceh menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah Aceh, dunia kampus, orang tua, masyarakat

Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM/Handover
Mulyadi Nurdin, Lc, MH, Kepala BKPSDM Pidie/ Alumni Lemhannas RI/ Kepala Biro Humas dan Protokol Provinsi Aceh tahun 2017-2018) 

Oleh Mulyadi Nurdin, Lc, MH*

Hiruk pikuk seputar mutu pendidikan Aceh sering muncul ke permukaan, mewarnai perbincangan masyarakat terutama di media sosial.

Namun permasalahan kompleks yang dialami dunia pendidikan tidak dapat diselesaikan hanya dengan komentar atau diskusi bebas di warung kopi, tetapi harus melibatkan seluruh pihak secara bersamaan.

Kewajiban meningkatkan mutu pendidikan Aceh menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah Aceh, dunia kampus, orang tua, masyarakat, serta berbagai lembaga swasta.

berbagai cemoohan sering kita dengar terkait mutu pendidikan Aceh, kadang kala dengan nada pesimis netizen berkomentar kecewa karena dengan anggaran yang besar, kualitas pendidikan Aceh tidak lebih baik dari daerah lain yang tidak menyandang status Otonomi Khusus.

Misalnya ketika Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi ( LTMPT ) mengumumkan Top 1000 Sekolah SMA/SMK dan MA Tahun 2022 berdasarkan Nilai Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK), tidak satupun sekolah di Aceh masuk 100 besar.

Baca juga: Peluang dan Tantangan Pendidikan di Era Pj Gubernur Aceh

SMA Negeri Modal Bangsa Aceh sebagai sekolah yang sangat favorit di Aceh, pada tahun 2022 menduduki peringkat ke-157 secara nasional.

Perangkingan tersebut bukanlah satu-satunya cara untuk mengukur kualitas pendidikan di Aceh, tetapi publik menganggap perangkingan tersebut sebagai salah satu indikator kualitas pendidikan saat ini.

Namun secara konprehensif kita tidak boleh pesimis, karena jika semua pihak berkolaborasi, sangat besar kemungkinan mutu pendidikan Aceh akan terus membaik.

Semua pihak harus ikut berkontribusi dan memberikan alternatif solusi, bukan hanya menyorot atau menyalahkan satu pihak, tanpa ada solusi untuk meyelesaikannya.

Digitalisasi

Di era revolusi 4.0 dan 5.0 digitalisasi menjadi kebutuhan utama dan tidak bisa dielakkan lagi, ini menjadi the choice of no choise yang harus dihadapi semua orang.

Digitalisasi telah merambah semua aspek kehidupan, mulai dari sosial, pendidikan, politik, budaya, serta ekonomi.

Sehingga mengakibatkan banyak lembaga keuangan yang menutup kantor cabang karena beralih ke digital, dan tentunya biaya investasi digital lebih murah daripada membangun kantor-kantor.

Bank Indonesia (BI) mencatatkan pada Februari 2022, nilai transaksi uang elektronik (UE) tumbuh 41,35 persen, sedangkan  nilai transaksi digital banking meningkat 46,53 % .

Sejak Januari hingga Februari 2022 saja transaksi uang elektronik mencapai Rp 61,7 triliun. Sedangkan untuk transaksi digital banking mencapai Rp 8.047 triliun.

Baca juga: Harapan Pada Sang Penjaga Rahasia

Bank Mandiri melaporkan sejak Januari hingga Mei 2022, transaki digital melalui aplikasi Livin mencapai Rp 880 triliun, sedangkan transaksi melalui ATM hanya Rp 333 triliun pada periode yang sama.

Kemajuan teknologi digital dan pemanfaatan data telah mengubah seluruh aspek kehidupan masyarakat secara drastis, termasuk sektor publik dan pendidikan.

Pj Gubernur Aceh, Achmad Marzuki sudah menekankan pentingnya hal tersebut.

“Sebagai calon pemimpin bangsa, mahasiswa harus beradaptasi dengan zaman. Teknologi menjadi kunci, namun tetap harus memegang teguh etika, sesuatu yang tidak bisa diteknologikan.

Selain itu, kunci sukses dan menjadi seorang pemimpin adalah percaya proses,” ujar Pj Gubernur Aceh saat menjadi pembicara pada kegiatan Pembinaan Akademik dan Karakter Mahasiswa Baru (Pakarmaru) Universitas Syiah Kuala (USK), (2/8/2022) lalu.

Pandemi Covid-19 menjadi momen penting transformasi digital di dunia pendidikan, dimana saat lock down diberlakukan proses pendidikan dilakukan secara online.

Presiden Joko Widodo mengakui bahwa pandemi mempercepat digitalisasi tersebut.

"Justru dengan sekarang ini ada pandemi, terjadi percepatan untuk digitalisasi," ujar Jokowi dalam podcast edisi Hari Pendidikan Nasional, Ahad (2/5/2021) lalu. 

Transformasi digital tentunya harus dimaknai secara luas, bukan hanya belajar di rumah, anak-anak diberikan PR lalu dikerjakan dan dikirimkan kembali kepada guru, yang kadangkala tugas tersebut lebih banyak dikerjakan oleh orang tua murid daripada si murid itu sendiri.

Tetapi transformasi itu harus dapat menjadi alternatif pendidikan yang terukur, terstruktur, dengan metodologi yang akurat dan terpercaya.

Baca juga: Warga di Perbatasan Rusia Bersiap Hadapi Militer Ukraina, Nelayan dan Pemburu Kini Jadi Tentara

Tentu saja banyak aspek yang harus dibenahi dalam proses transformasi digital, mulai dari proses belajar mengajar, pengerjaan tugas dan ujian, digitalisasi materi belajar, digitalisasi manajerial, serta proses penguatan kapasitas guru di bidang teknologi.

Diketahui bahwa anak yang lahir di atas tahun 2000 sangat cepat adaptasi dengan teknologi, kalau tidak diimbangi oleh para guru, pastinya akan terjadi kesenjangan teknologi antara guru dan murid.

Saya sering memperhatikan anak-anak sekarang sangat lihai bermain game di HP dan memecahkan berbagai tantangan rumit melalui game yang dapat diakses secara mudah dan gratis.

Tetapi anehnya banyak siswa masih membenci pelajaran matematika, padahal pelajaran matematika tidak lebih rumit dari game yang dimainkan oleh anak.

Ini menjadi bahan evaluasi bagi semua, bahwa jika disajikan dengan cara yang interaktif dan komunikatif, anak-anak dapat memecahkan berbagai tantangan, sudah saatnya guru memahami gaya berfikir anak yang beda zaman dengannya, harus diperbanyak cara mengajar yang mengakomodir kebutuhan anak daripada kebutuhan guru.

Dalam hal ini digitalisasi menjadi salah satu solusi, karena anak-anak yang memang sudah mengenal teknologi sejak lahir akan sangat mudah menjangkau berbagai hal yang ada di ranah digital.

Anak millenial dikenal aktif di dunia maya, terhubung sesama mereka di ranah digital, yang sebagian aplikasi tersebut jarang diakses oleh orang tua atau guru.

Maka tidak heran jika informasi yang diterima oleh siswa bisa lebih uptodate daripada informasi yang didapati oleh guru.

Baca juga: Biaya Hidup Tinggi, Penghasilan tak Mencukupi,1 Keluarga Kurang Mampu asal Aceh Pilih Pulang Kampung

Para siswa bisa saja berkumpul di dunia maya, yang berbeda dengan guru, bisa saja mereka mengkritik guru yang dianggap masih jadul di komunitas mereka, hanya saja mereka tidak berani ungkapkan di ruang kelas karena takut diberikan nilai buruk.

Ini mengindikasikan bahwa sebenarnya para siswa sangat siap memasuki era digitalisasi, jangan-jangan kita yang belum siap menerimanya.

Tetapi zaman tidak akan mundur ke belakang, semakin ke depan kebutuhan digitalisasi semakin kuat, dan kita tidak bisa mengelaknya.

Inovasi atau mati

Teknologi berkembang dengan pesat, yang akan memaksa manusia berubah. Perubahan yang seolah tidak berujung mengakibatkan terjadinya disrupsi.

Disrupsi bisa menjadi masalah sekaligus berkah. Masalah bagi yang tidak berinovasi dan berkah bagi yang siap beradaptasi. Dalam hal ini inovasi atau mati.

Kita masih ingat merek Nokia yang menguasai pasar HP dunia, tetapi kini tak berdaya.

Dulu semua urusan harus pakai foto yang dihasilkan dengan mencetak film, kini anak usia 20-an tahun tidak kenal lagi merek Kodak.

Secara global dari 500 Perusahaan teratas di dunia yang terdaftar di Fortune 500 pada 1955, hanya 52 perusahaan yang bertahan di daftar yang sama pada tahun 2020, penyebabnya adalah karena inovasi.

Baca juga: Kreatif, Warga Bireuen Ciptakan Produk Pengadaan Air Bersih Ruda Gisa, Tanpa BBM dan Listrik

Menyikapi hal itu Presiden Jokowi menjelaskan pentingnya inovasi di dalam pendidikan.

”Hampir dua tahun dalam selubung pandemi, dunia pendidikan kita tetap berjalan berkat inovasi, kreativitas, dan dedikasi para guru mengawal pendidikan generasi muda.

Kini, seraya bekerja keras mengakhiri pandemi ini, mari bergandeng tangan untuk bersama memulihkan pendidikan,” ujar Presiden Jokowi di laman media sosial pribadinya, Kamis (25/11/2021).

Dalam kesempatan berbeda Presiden Jokowi mengatakan, bahwa sistem pendidikan nasional harus unggul dalam inovasi dan teknologi.

Menurutnya, teknologi menjadi poin penting dalam transformasi kemajuan negara.

"Saya ingin semua platform teknologi harus mendukung transformasi kemajuan bangsa," kata Jokowi dalam pidato kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR RI 2020 di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat, 14 Agustus 2020.

Menurutnya, transformasi dapat terwujud dengan melakukan prosedur kerja yang cerdas dan ringkas. Prosedur kerja harus berorientasi pada hasil, dan pola pikir serta etos kerja Indonesia harus berubah.

“Dalam dunia seperti ini kunci untuk bertahan hidup dan memenangkan persaingan serta mencapai kemajuan terletak pada kekuatan sumber daya manusia.

Karena itu kita harus berani melakukan lompatan-lompatan dalam dunia pendidikan sehingga lahir sumber daya manusia yang memiliki etos kerja, kreativitas, dan inovasi yang tinggi,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutannya pada Konferensi Forum Rektor Indonesia Tahun 2017, Kamis (2/2/2017) lalu.

Baca juga: Inilah Manfaat Minum Air Serai Sebelum Tidur Kata dr Zaidul Akbar

Selain itu, dunia pendidikan juga diharapkan Presiden untuk dapat beradaptasi dengan perubahan dunia yang sedemikian cepatnya.

Termasuk salah satu di antara adaptasi itu ialah kemauan dan keberanian untuk mengubah hal-hal yang berkaitan dengan jurusan maupun materi pengajaran.

Jokowi meminta untuk menyiapkan sumber daya manusia yang produktif, inovatif dan berdaya saing global dengan tetap mengamalkan nilai-nilai Pancasila.

Kemudian berakhlak mulia, dan menjaga jati diri budaya bangsa. Hal itu diungkap Jokowi dalam pidato kenegaraan RAPBN 2023 dan Nota Keuangannya di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (16/8/2022) lalu.

Inovasi adalah ruang ekspresi tanpa batas, untuk itu semua elemen bangsa memiliki peluang besar untuk berkreasi dan improvisasi demi kemajuan pendidikan Aceh.

Untuk itu diperlukan kolaborasi seluruh stakeholders, bersanding dan bergandengan tangan, saling mendukung, tanpa harus saling menyalahkan satu sama lain.

*) PENULIS adalah Kepala BKPSDM Pidie/ Alumni Lemhannas RI/ Kepala Biro Humas dan Protokol Provinsi Aceh tahun 2017-2018)

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved