Kupi Beungoh

Anies: Politik “Tueng Bila” dan “Tob Abeh” Surya Paloh (I)

Dalam tradisi Aceh-tempat dimana keluarga Paloh berasal istilah “tueng bila” adalah sebuah istilah yang sangat terkait dengan peran wali terhadap indi

Editor: Zaenal
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat pengumuman deklarasi Calon Presiden 2024 dari Partai Nasdem di Nasdem Tower, Jakarta, Senin (3/10/2022). Partai Nasdem resmi mendeklarasikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) yang akan diusung pada Pilpres 2024. 

Kesungguhan memasak perkara Formula E Anies Baswedan, tidak ada artinya apa-apa bagi sebagian oknum KPK saat ini dibandingkan dengan kemampuannya meniadakan dan bahkan menutup habis Kasus E KTP yang menyeret Ganjar dan banyak petinggi partai tertentu lainnya dari memori publik.

Apalagi bila dikaitkan dengan misteri hilangnya Harun Masiku yang dalam perjalanan waktu telah membuat publik lupa bahwa ada “orang besar” tertentu dari partai tertentu tak tersentuh sama sekali  sampai hari ini.

Kini spesialisasi sebagian oknum KPK menjadi luar biasa, “menghilangkan dan mengubur habis” apa yang ada dan terbukti di depan mata publik, dan mulai membuat episode baru yang mengarahkan kepada “mengada-ngada yang tiada”.

Tak dinyana, laporan investigasi Tempo kemudian membocorkan rencana jahat itu, walaupun sinyalemen mencelakakan Anies sudah diduga banyak pihak, terutama ketika Andi Arief-jubir Partai Demokrat, dan bahkan mantan Presiden SBY mencium ada skenario jahat.

Ada sesuatu yang sedang berjalan yang akan melakukan apa saja untuk mengganjal Anies, dan memenangkan “siapapun” yang satu paket dengan pekerjaan yang sedang dipelopori oleh Firli Bahuri di KPK.

Laporan Tempo itu kemudian membuat publik terkejut, karena datang dari sebuah keluarga besar media yang terkenal integritasnya, dan mempunyai jurnalistik investigasi yang sangat mumpuni.

Berita itu tidak hanya tamparan untuk KPK, tetapi menjadi hiburan sekaligus “olok-olok” tentang praktek Machiaveli murahan yang sedang dilakukan oleh sekelompok orang hebat di negeri ini.

Paloh, Antara Dilema dan Nilai Taktis

Tak penting alasan Surya Paloh tentang dilema “didahului” atau “mendahului” Firli Bahuri KPK untuk kriminalisasi Anies.

Yang pasti, deklarasi Anies oleh Surya Paloh tidak hanya mempunyai nilai taktis, tetapi juga mempunyai makna dan implikasi stategis yang tiada ternilai harganya.

Yang perlu diingat, calon Presiden yang diusung oleh Nasdem ini adalah sosok individu yang perjalanan karir politiknya tidak biasa.

Ia adalah sosok pribadi yang mendapat perlakuan khusus untuk dijadikan sebagai “ikon” kebencian publik, sekaligus makhluk yang paling berbahaya untuk masa depan NKRI.

Tak cukup dengan kompetisi politik, ada sebagian oligarki juga yang terlibat jauh yang menginginkan Anies dienyahkan dari gelanggang perebutan Indonesia satu pada Pilpres 2024 yang akan datang.

Logika Paloh ketika mulai melirik Anies justeru berbanding terbalik dengan kawan-kawannya, -mungkin sebagian anggota dari koalisi pendukung Jokowi.

Ketika ia menyebut alasan utamanya memilih Anies dalam deklarasi Nasdem dua hari yang lalu dengan tiga kata dalam kalimat kunci.

Ungkapan itu memberi banyak nuansa bagi mereka yang rajin mengikuti  arus besar politik nasional yang tengah berlangsung. 

Paloh menyebutkan alasan utamanya memilih Anies sebagai Capres dengan slogan “why not the best”, mengambarkan arti yang sangat dalam dan bahkan hampir sampai kepada sebuah “keniscayaan” untuk masa depan bangsa.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved