Kupi Beungoh
Anies: Politik “Tueng Bila” dan “Tob Abeh” Surya Paloh (I)
Dalam tradisi Aceh-tempat dimana keluarga Paloh berasal istilah “tueng bila” adalah sebuah istilah yang sangat terkait dengan peran wali terhadap indi
Ia seolah melihat Anies sebagai spesies yang sangat krusial eksistensinya, tidak hanya perlu diselamatkan, akan tetapi juga harus berbiak banyak.
Pilihan ini dalam kacamata Paloh, lebih kepada untuk membawa masa depan Indonesia ke arah yang lebih baik daripada apa yang sedang terjadi hari ini.
Baca juga: Sayangkan 2 Kadernya Mundur Imbas Deklarasi Anies Baswedan Capres 2024, Waketum NasDem: Kita Hargai
Baca juga: Jadi Capres Anies Tebar Senyum, Surya Paloh: Terbaik dari yang Terbaik
Wali Politik, Kenapa Rupanya, Hingga Tueng Bila
Apa yang dilakukan oleh Paloh pada tanggal 3 Oktober 2022, walaupun di permukaan formalitasnya disebut sebagai deklarasi Capres Anies Baswedan, yang sesungguhnya ia lakukan adalah sebuah pilihan posisi yang tidak biasa.
Ia mengumumkan kepada publik tentang posisinya yang sesungguhnya, lebih dari sekedar menjadikan Nasdem sebagai kendaraan politik Anies.
Yang hendak ia katakan kepada semua pihak, termasuk kepada Presiden Jokowi, adalah, “mulai hari ini, saya adalah Wali Politik Anies Baswedan”.
Ada kalimat yang tidak disebutkan yang seharusnya dibaca dengan bijak oleh mereka yang hendak menjerumuskan dan bahkan mencelakakan Anies.
Kalimat lanjutan itu adalah “so what”-kenapa rupanya?- bahasa Kota Medan, tempat Paloh remaja tumbuh.
Ada lagi kalimat tambahan yang tak kurang kalah pentingnya, “I know you, you know me”- saya tahu kalian, kalian juga tahu siapa saya.
Hanya dengan menghayati kalimat-kalimat itulah kita dapat menghayati kenapa kelahiran Anies Baswedan sebagai Capres yang direncanakan “genap bulan” pada tanggal 10 November, melalui kelahiran alami dan sempurna, diputuskan untuk diselamatkan dengan “operasi cesar” dua hari yang lalu.
Paloh sepertinya tahu benar kenapa ia harus menjadi “wali politik” Anies.
Dalam agama dan kepercayaan apapun, termasuk dalam tradisi Islam, setelah ayah, maka Wali adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap perjalanan kehidupan seseorang yang menjadi tanggung jawabnya, dalam suka dan duka.
Dalam tradisi Aceh-tempat dimana keluarga Paloh berasal istilah “tueng bila” adalah sebuah istilah yang sangat terkait dengan peran wali terhadap individu yang menjadi tanggung jawabnya.
“Tueng bila” seringkali dikaitkan dengan perlakuan yang terjadi terhadap seseorang yang menjadi tanggung jawab sang wali, terutama jika mengalami penghinaan, pemukulan, kekerasan, dan bahkan kematian.
Adalah kewajiban Wali untuk membela, dan bahkan menuntut balas, walau dengan harga nyawa sekalipun untuk menjaga nama keluarga.
Itulah esensi “tueng bila” Surya Paloh untuk Anies Baswedan.
Itulah arti lain dari tundakan Paloh dan Nasdem melakukan tindakan “operasi cesar” untuk Anies.