Kupi Beungoh
Anies: Politik “Tueng Bila” dan “Tob Abeh” Surya Paloh (I)
Dalam tradisi Aceh-tempat dimana keluarga Paloh berasal istilah “tueng bila” adalah sebuah istilah yang sangat terkait dengan peran wali terhadap indi
Dalam menjalani tugas sebagai Gubernur DKI, Anies selama ini tak lebih sebagai “yatim politik” yang tak pernah henti dibully tidak hanya oleh berbagai aktor politik DKI, akan tetapi juga bahkan dijadikan target oleh lingkaran politik tingkat tinggi nasonal yang tak pernah berhenti.
Hanya karena kerja keras dan “kelakuan baik” lah yang membuat Anies bertahan.
Apa ukuran kerja keras dan kelakuan baik itu menjadi benteng penahan dari intrusi dan intervensi berbagai kekuatan yang hendak mencelakakannya dalam lima tahun masa jabatannya.
Indikator yang paling gampang dicari adalah soliditas partai pendukung Anies-Sandi di DPRD DKI, ditambah dengan sejumlah partai yang berseberangan dengan Anies, ketika Pemilihan Gubernur DKI lima tahun yang lalu.
Kecuali PDI Perjuangan dan PSI, semua partai lain nonkoalisi Anies-Sandi ikut aktif bersama Anies membangun Jakarta.
Bukti yang paling nyata adalah kegagalan beberapa kali upaya “gempa tektonik” DPRD DKI yang disponsori PDIP dan PSI tidak dilayani oleh partai-partai lainnya.
Dalam berbagai percobaan mencelakakan Anies selama ia menjabat Gubernur DKI Anies tak pernah mengeluh, menyerang balik, atau menunjukkan sikap permusuhan terhadap siapapun, dalam kondisi yang bagaimanapun.
Kerja keras, perilaku, integritas, dan komunikasi politik yang baiklah yang selama ini yang menjadi “wali politik” Anies yang mumpuni.

*) PENULIS adalah Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI