Kupi Beungoh
Aceh dan Kaligrafi
Keberhasilan tim kaligrafi Aceh membawa pulang 6 juara pada MTQ Nasional Ke-29 Tahun 2022 di Kalimantan Selatan, membuat Aceh dapat menembus 10 besar
Sebelum menjawab itu, saya mencoba mengulangkaji bagaimana peran Aceh dalam memperkenalkan seni kaligrafi di Nusantara.
Ohya, bicara Nusantara ini bukan terbatas pada Indonesia saja, tapi sebuah kawasan yang pada masa lalu mencakup sejumlah kerajaan di Tanah Melayu, yang setelah Perang Dunia II dikotak-kotakkan oleh Bangsa Barat menjadi Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, Brunei, dan Filipina.
Sebagai bahan awal sebelum membaca lebih jauh, perlu juga diketahui, bahasa Melayu yang kini digunakan di negara-negara itu, dipercaya kuat juga berasal dari Aceh.
Salah satu buktinya adalah kitab-kitab hasil karya ulama Aceh pada masa lalu dituliskan dalam bahasa Melayu dan kemudian disebarkan dan diajarkan ke seluruh Nusantara, sehingga menjadi bahasa pemersatu.
Baca juga: Mengupas Prestasi Kaligrafi di Ajang MTQ - 30 Menit Bersama Tokoh
Baca juga: VIDEO Koleksi Trofi Zaqhlul Ammar, Juara Kaligrafi MTR XXI se-Aceh, Tak Menyerah Saat Gagal

Dari Aceh Seni Nusantara Bermula
Aceh itu Islam. Aceh itu Serambi Mekkah, juga serambi bagi para tamu/pendatang saat tiba dan menginjakkan kakinya di Nusantara ini.
Jika orang menyebut Aceh, maka yang terbayang tentang Aceh adalah terminal utama sebagai titik tempat persinggahan awal para mubaligh, saudagar, dan para ulama dari kawasan Timur Tengah, Persia, India dan lainnya.
Tidak hanya sebatas itu, Kesultanan Aceh yang pada masa lalu menjadi penguasa Selat Malaka, juga menjadi tujuan bagi para pedagang dari Eropa dan Amerika.
Letak Aceh begitu strategis bagi para pedagang yang mengarungi lautan.
Lihatlah peta dunia, di situ kita akan melihat Aceh sebagai pintu gerbang bagi Asia Tengah, Timur Tengah, dan Eropa, yang ingin menuju ke Nusantara.
Dengan letaknya yang begitu strategis, maka di Aceh lah, segala bentuk tradisi dan budaya bertemu.
Seni yang kala itu menjadi salah satu keunggulan Islam pada Abad Pertengahan, juga menemukan tempatnya di Aceh.
Di Aceh lah terjadi perpaduan antara seni dari Timur Tengah dengan Eropa, India, juga Cina.

Hingga Aceh menjadi pusat peradaban Islam di tengah jayanya masa kesultanan yang mencitrakan Islam sebagai pilar dasar bagi seluruh sektor kehidupan dalam wilayah kekuasaannya.
Sekaligus Bumi Nusantara, walau tampak diam namun sesungguhnya hati bumi ini tak diam dan berkata bahwa “Tanah Aceh telah memiliki jasa besar dalam penyebaran Islam hingga menembusi dan melewati seribu negeri, hingga Sorong Papua dan sekitarnya.”