Jurnalisme Warga
Memperkenalkan Museum Pidie Jaya
Pijay melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan telah mewujudkan cita-cita mendirikan museum daerah yang representatif di Kabupaten Pijay

Rumoh Aceh ini merupakan warisan dari saudagar bernama Muhammad Daud, salah satu saudagar terpandang di kawasan Meureudu pada masanya, dibangun pada tahun 1830 Masehi.
Selama lebih kurang 200 tahun terakhir rumah ini terus dirawat dan dilestarikan oleh ahli waris dari generasi ke generasi.
Pada masanya, rumah ini merupakan salah satu rumah mewah berbahan dasar kayu jati, merbau, dan semantok yang disokong dengan 28 tiang penyangga dan berhiaskan tujuh macam ornamen ukiran yang menawan.
Setiap sisi dari rumah ini memiliki makna filosofis tersendiri dan turut menjadi saksi sejarah perkembangan Pijay dari masa ke masa.
Awalnya rumah ini berada di Gampong Meunasah Balek, Kecamatan Meureudu.
Karena faktor historis dan kekayaan budayanya, atas persetujuan Teungku Nur Iman--kolektor yang mengambil alih kepemilikan rumah ini dari ahli waris--Rumoh Aceh ini dipindahkan ke Taman Kota dan sampai hari ini dipertahankan orisinalitasnya sebagai Museum Pijay.
Baca juga: Museum Negeri Gayo Miliki 370 Benda Bersejarah
Museum Pijay mengoleksi ratusan benda sejarah dan kebudayaan berupa foto, dokumen, alat rumah tangga, alat perhubungan, alat pertanian, alat transportasi, permainan tradisional, pakaian, perhiasan, alat ibadah, dan sebagainya.
Koleksi Museum Pijay dapat dikelompokkan menjadi delapan jenis, yaitu etnologika (koleksi benda hasil kebudayaan seperti rampagoe, dalueng, bate ranup, dan lain-lain), arkeologika (koleksi benda-benda arkeologi hasil temuan, seperti batu nisan kuno, pecahan keramik, dan lain-lain), historika (benda-benda yang dikoleksi karena latar belakang sejarahnya seperti mesin tik yang menjadi saksi bisu gempa Pijay 2016), numismatik (mata uang), filologi (koleksi manuskrip, dokumen lama, seperti Al-Qur’an tulisan tangan), keramologika (benda-benda hasil kebudayaan berbahan dasar tanah liat yang dibakar seperti keramik dan guci), seni rupa (seperti kaligrafi, anyaman, dan lukisan), serta teknologika (koleksi benda-benda tekonologi yang pernah diproduksi secara massal, seperti televisi, radio, senter, setrika arang, dan lainlain).
Koleksi museum menyesuaikan dengan fungsi ruangan Rumoh Aceh pada masanya, mulai dari lantai dasar, serambi depan, serambi tengah, kamar, serambi belakang, dan pekarangan.
Pada lantai dasar terdapat beberapa foto koleksi cagar budaya Pijay serta beberapa bangku tempat pengunjung bersantai menikmati suasana di bawah Rumoh Aceh.
Di serambi depan terdapat koleksi etnologika, teknologika, historika, dan pustaka mini berisi buku bertema kebudayaan.
Di serambi tengah terdapat koleksi keramologi, filologika, dan arkeologika.
Khusus koleksi seni rupa dipajang dalam kamar dan di serambi belakang terdapat koleksi numesmatik dan beberapa koleksi etnologika dan arkeologika.
Di pekarangan belakang terdapat berandang (pondok kecil yang digunakan sebagai penyimpanan krong pade/tempat penyimpanan beras tradisional) dan alatalat perkebunan serta peternakan.
Terdapat juga dua buah jeungki (alat penumbuk padi tradisional), dua buah balee (balai tempat duduk) yang pada zaman dahulu biasa digunakan untuk bersantai maupun menerima tamu.