Internasional

Pasukan Keamanan Iran Kembali Tembak Mati Tiga Demonstran, Korban Tewas Diduga Capai 1.515 orang

Anggota pasukan keamanan Iran kembali menembak mati tiga demonstran pada Selasa (15/11/2022).

Editor: M Nur Pakar
AFP
Seorang wanita muda terlihat berdiri di atap mobil tanpa jilbab untuk melihat kerumunan manusia dan kendaraan di Provinsi Kudistan, Iran, Rabu (26/10/2022). 

Hal itu mengacu pada pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.

Pekerja menjatuhkan peralatan dan mahasiswa memboikot kelas di provinsi asal Amini Kurdistan, di Iran barat, kata Hengaw.

Di kota Sanandaj, provinsi yang rawan konflik, demonstran terlihat membakar ban di jalan dan meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah, dalam rekaman online lainnya.

Baca juga: Dua Bersaudara Asal Iran Didakwa di Swedia, Dituduh Sebagai Mata-Mata Rusia

“Perempuan, kehidupan, kebebasan” dan “Laki-laki, tanah air, kemakmuran,” teriak mahasiswa laki-laki dan perempuan di Universitas Islam Azad di kota barat laut Tabriz.

Protes pada Selasa menandai ulang tahun ketiga dimulainya "Bloody Aban" atau November Berdarah.

Dimana, terjadi kenaikan harga bahan bakar semalam yang mengejutkan memicu kekerasan jalanan berdarah yang berlangsung selama berhari-hari.

Amnesty International mengatakan sedikitnya 304 orang tewas selama protes.

Tetapi berbagai kelompok hak asasi manusia mengatakan bukti ahli menunjukkan jumlah korban kemungkinan jauh lebih banyak, mungkin mencapai 1.515 orang.

Kelompok Hak Asasi Manusia Iran yang berbasis di Oslo pada Sabtu (12/11/2022) mengatakan pasukan keamanan telah menewaskan 326 orang, termasuk 43 anak-anak dan 25 wanita.

Kerusuhan itu dipicu oleh kemarahan atas aturan berpakaian bagi perempuan.

Baca juga: Iran Gempur Kelompok Kurdi di Irak Utara, Lepaskan Rudal dan Drone Mematikan Kamikaze

Namun telah berkembang menjadi gerakan luas melawan teokrasi yang telah memerintah Iran sejak Revolusi Islam 1979.

Itu tidak menunjukkan tanda-tanda mereda meskipun pihak berwenang menggunakan kekuatan mematikan.

Bahkan, kampanye penangkapan massal yang telah menjerat para aktivis, jurnalis dan pengacara.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved