Opini
Dari Cot Seurani ke Visi Perdamaian Abadi
Pasca runtuhnya tembok Berlin, beliau pernah diminta aktif meneliti prospek ekspansi Uni Eropa ke Eropa Timur dan menjelajah wilayah Eurasia
Professor Boettcher menyadari, bahwa urgensi kajian studi interdisipliner tentang Eropa di Asia Tenggara khususnya, bukan hanya karena ada relasi historis yang panjang antara dua benua, tapi karena pada tahun ini, khususnya pada bulan November 2022, terjadi aneka Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) para pimpinan besar ekonomi dunia, seperti KTT ASEAN di Kamboja, KTT G20 di Indonesia (Bali) dan KTT APEC di Thailand.
Yang lebih vital lagi, menurut Prof Boetcher adalah, kali ini Indonesia menjadi tuan rumah KTT G20 yang sekaligus menjadi harapan dalam upaya mencari solusi krisis ekonomi global pasca pandemi dan konflik regional yang berdampak pada krisis global, yakni Perang Rusia- Ukraina.
Proffessor Boettcher, sebagai ilmuan politik dan hubungan international kawakan yang banyak mendapat penghargaan antarnegara, ikut menghadiahkan beberapa buku aktual kepada kami, yang dirangkum oleh Polyhtr Mai Dar buat referensi mahasiswa di kampus kami, seperti buku bertajuk "Europa 2020: Von der Krise zur Utopie" (Eropa 2020: Dari Krisis ke Utopi, 2020), "Russland-Die Ukraine- Der Westen" (Rusia-Ukraina- Barat, 2022) dan referensi relevan lainnya.
Dari rangkumannya, jelas terlihat, bahwa dalam sejarah, wilayah konflik tersebut pernah menjadi bagian dari situs kaum muslim, setelah ekspansi Turki Usmani ke sana.
Anehnya, kepedulian kaum muslim terhadap sejarahnya di Eropa dan Eurasia, termasuk arah jalur Sutra, tidak pernah menjadi atensi generasinya.
Di pihak pemerintahan, juga banyak yang menyayangkan, ketika memantau tentang lemahnya visi dan strategi dari tim pihak Indonesia dalam memegang mandat G20, sehingga Indonesia yang dipercaya masyarakat dunia, belum mampu memberi peran aktif dalam kancah internasional masa kini.
Ironinya jika direfleksi dengan peranan generasi sebelumnya yang begitu dominan seperti via barisan non-blok dulu, di mana peran Indonesia memiliki pengaruh visioner yang signifikan terhadap perdamaian di mata dunia.
Dalam publikasi aktualnya, Profesor Boettcher mencoba memberikan solusi yang bermartabat kepada semua pihak yang bertikai agar siap berdamai, sesuai visi ala Kantian, yakni visi filsuf pencerahan perdamaian abadi dunia abad ke-18 asal Koenigbesberg (Prusia/Jerman).
Melihat situasi krisis dan konflik yang belum ada solusinya ini, beliau merespons motto Polyhistor Mai Dar dengan formula "Si vis pacem, para visiones" (Jika menginginkan perdamaian, bersiaplah dengan wacana), yang aktif menjadi Pemred jurnal ilmiah EJIPIS (Eurasian Journal for International, Polemological & Interfaith Studies), agar kita mampu memberikan jembatan visioner ke kaum akademisi di wilayah Asia Tenggara yang kini mendapat mandat mempromosikan perdamaian antarbangsa, seperti Indonesia yang tahun ini menjadi tuan rumah KTT G20 di Bali.
Baca juga: Cegah Konflik Baru, Mahasiswa UIN Ar-Raniry Belajar ke Museum Memorial Perdamaian Kesbangpol Aceh
Momentum ini sangat relevan, seandainya ada kajian akademis yang interdisipliner dan mampu memberikan masukan ke para pimpinan politik di kawasan.
Seharusnya, konflik Rusia-Ukraina bisa aktif dipantau dan ikut melibatkan kaum muslim antarbangsa, karena wilayah konflik itu dulu pernah disirami peradaban islami ketika era Turki Usmani.
Jiwa patriot Putra Pase yang bergerak dari Cot Seurani ini mampu melahirkan berbagai konsep perdamaian yang hingga kini menjadi rujukan kajian hingga implementasinya dalam kehidupan masyarakat Eropa khususnya.
Derap Langkah perdamaian yang telah dirajut rapi dan kokoh oleh berbagai komponen masyarakat Aceh, seharusnya menjadi tugu abadi yang melekat dari daerah Serambi Makkah sebagai juru damai.
Pola pikir “mindset” masyarakat luar terhadap Aceh sebagai daerah konflik perlu dikubur dalam. (apridar@unsyiah.ac.id)
Baca juga: Diversi Gagal, Orangtua Korban Tolak Perdamaian, Kasus Pengeroyokan Anak oleh 11 Remaja Disidangkan
Baca juga: Presiden Rusia Telepon Raja Bahrain, Bahas Perdamaian Abadi