Kupi Beungoh

Menakar Persepsi Kualitas Mutu Parpol dan Calon Gubernur Aceh 2024

Dalam konteks pemilihan cagub Aceh kedepan, popularitas tidak selalu berujung pada elektabilitas

Editor: Yocerizal
Serambinews.com
Direktur Research and Development e-TRUST 

Oleh: Dr. phil. Saiful Akmal, MA *)

"Kadang-kadang saya bertanya-tanya, apakah dunia ini dijalankan oleh orang-orang pintar yang mempermainkan kita atau oleh orang-orang bodoh yang sungguh-sungguh?" - Mark Twain.

KOMENTAR Mark Twain diatas paling tidak bisa menggambarkan secara sederhana bagaimana mutu demokrasi kita belakangan ini.

Di satu sisi, pesta pemilihan umum adalah momen yang paling ditunggu-tunggu. Namun disisi lain ternyata momentum ini berkutat hanya sebatas rutinitas yang membosankan.

Ditambah dengan tantangan untuk menyempurnakan sistem pemilihan umum yang masih berbiaya tinggi, apalagi ditengah deraan krisis ekonomi dunia pasca-Covid 19 dan juga perang Rusia-Ukraina, menjadikan Pemilu ke depan seperti layaknya hal yang tidak terlalu dipikirkan oleh khalayak.

Namun demikian, ada hal yang sebenarnya menjadi sisi positif dari Pemilu, jika kualitas penyelenggaraan Pemilu di level KIP dan Bawaslu/Panwaslih Aceh bisa diimbangi dengan semakin bervariasi dan berkualitasnya calon kepala daerah dan partai politik peserta Pemilu.

Dalam konteks ini, lembaga e-TRUST mencoba memberikan kontribusi sekaligus kepada dua pihak untuk menyukseskan pemilu.

Pertama, membuat survei kepada publik terkait beberapa dimensi seperti menakar kualitas peserta pemilu, baik pribadi calon kepala daerah maupun kolektif partai calon peserta pemilu bagi publik dengan melibatkan 1.200 sampel calon pemilih di seluruh kabupaten/kota yang ada di Aceh.

Kedua, meluncurkan Digitalisasi Sistem Pemilu dan Kepala Daerah (Disipada) yang berbasis laman elektronik (web) kepada calon kepala daerah maupun calon partai peserta pemilu.

Khusus untuk tujuan yang pertama, akan menjadi bahasa artikel ini secara lebih mendetil.

Dalam konteks ini, ada beberapa kesimpulan utama yang bisa setidaknya menggambarkan prevalensi prilaku calon pemilih di Aceh dalam periode yang diuji, yakni dari 25 Oktober sd 25 November 2022.

Dengan menggunakan metode multiple-stage random sampling proporsional dengan tingkat kepercayaan 0,95 dan margin error 0,03, jika pemilu dilaksanakan dalam periode di atas, maka parpol yang paling disukai (aspek pilihan popularitas) adalah Demokrat dengan 19,47 persen, disusul PKS dengan 12 persen dan NasDem dengan 10,85 persen.

Kemudian diikuti oleh Partai Aceh sebagai satu-satunya perwakilan partai lokal dalam bandul politik Aceh yang mampu menembus angka 6, 85 persen, sedikit di atas ambang batas (threshold) peserta Pemilu 2024 yang ditetapkan pemerintah.

Baca juga: Sikap Acuh Mbappe Terhadap Presiden Macron Usai Perancis Didepak Argentina di Final Piala Dunia 2022

Baca juga: Argentina Juara Piala Dunia 2022, Lautan Manusia di Ibu Kota Negara Buenos Aires, Ini Foto-fotonya

Terlihat juga ada kecendrungan penurunan signifikan pada perolehan Gerindra dan PPP serta ada kenaikan di kubu pemilih PDIP di Aceh, dengan jumlah responden belum menentukan juga lumayan banyak (swing voter atau undecided voter), yakni berjumlah 30, 40 persen.

Sebuah angka yang fantastis dan menjadi pekerjaan rumah bagi penyelenggara pemilih, baik KIP maupun Bawaslu/Panwaslih Aceh untuk mereduksi angka di atas.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved