Kupi Beungoh
Menakar Persepsi Kualitas Mutu Parpol dan Calon Gubernur Aceh 2024
Dalam konteks pemilihan cagub Aceh kedepan, popularitas tidak selalu berujung pada elektabilitas
Responden di Aceh juga menjawab bahwa alasan mereka memilih cagub adalah karena intelektualitas dan kecerdasan sang calon (66,4 persen), diikuti oleh keulamaan (7, 6 persen), dan keterkenalan atau popularitas sebanyak 5, 6 persen.
Sementara alasan memilih cagub karena berasal dari parlok tertentu justru hanya mendapat poin 4, 9 persen. Bukti bahwa masyarakan ke depan cenderung memilih sosok cagub dan bukan parpol pendukung cagub.
Bukti juga bahwa masyarakat sadar bahwa parpol harus kerja keras lagi memperbaiki kinerja dan performa mereka dalam menyalurkan aspirasi rakyat dan memperbaiki keadaan.
Akhirnya, meski hasil survey ini menunjukkan prevalensi atau proporsi dari populasi yang memiliki karakteristik tertentu dalam jangka waktu tertentu dan tidak bisa digeneralisi terlalu jauh berhubung juga tahapan pemilu masih pada fase yang sangat awal.
Namun paling tidak, pola yang bisa kita baca dari perilaku calon pemilih di Aceh adalah sederhana. Rakyat Aceh butuh cagub dan parpol yang bermutu, bukan kaleng-kaleng.
Namun rakyat Aceh juga tidak boleh kalah dengan provokasi politik identitas, dan godaan politik uang ditengah sempitnya ekonomi.
Bukti dalam Pemilu dan Pilkada sebelumnya juga sudah cukup membuktikan, bahwa cagub dan parpol yang berkualitas belum tentu menjadi pemenang dalam pentas demokrasi kita yang masih harus terus berbenah dan menghilangkan defisit demokrasinya.
*) PENULIS adalah Direktur Research and Development e-TRUST.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca juga: Seorang Wanita Kesurupan Saat Malam Mingguan dengan Pacar di Ulee Lheue, Petugas Bacakan Ayat Kursi
Baca juga: Tahanan Kasus Narkoba Diduga Meninggal karena Dianiaya, Haji Uma Minta Polisi Usut Tuntas