Kupi Beungoh
Aceh dan Kepemimpinan Militer XVI - Daud Beureueh: Medan Area, Pembentukan TNI, dan Daerah Modal
Masa jabatan Beureueh sebagai Gubernur Militer Aceh, Langkat, dan Tanoh Karo, sebenarnya adalah sebuah periode “suluh besar” ditengah kegelapan
Mungkin saja Sukarno dan para pemimpin nasional mempunyai “catatan kaki” tentang Islam Aceh, termasuk energi agama dalam perang melawan Belanda.
Baca juga: Rocky Gerung, Kembang Tanjong, dan Abu Thalib
Energi itulah yang segera dimanfaatkan oleh Sukarno dari masyarakat Aceh melalui kepemimpinan Beureueh.
Mungkin karena Beureueh pernah memberontak melawan pemerintah pusat, tidak cukup banyak kepustakaan yang menulis tentang peranannya dalam dalam keberadaan dan pembentukan TNI di Aceh.
Dari berbagai catatan yang ada, peranan Beureueh dalam formasi tahun-tahun awal TNI tidak hanya signifikan , akan tetapi layak disatubukukan dengan peranan bung Tomo di Surabaya, dan bahkan Jenderal Sudirman yang melakukan gerilya ketika Pulau Jawa praktis dikuasai Belanda.
Yang membuat Beureueh unik, adalah ia memimpin sebuah kawasan yang disebut front barat Sumatera yang tidak pernah diduduki Belanda.
Pada saat yang sama, Aceh mengirim pejuangnya , baik yang pernah terlatih dalam tentara Jepang, maupun rakyat biasa yang disebut dengan lasykar ke Medan area.
Upaya Belanda untuk masuk ke Aceh lewat darat, laut dan udara, tidak pernah berhasil, karena dihadapi tidak hanya oleh tentara dan pejuang, baik yang terlatih maupun tidak, akan tetapi juga massa rakyat yang tak pernah terhitung jumlahnya.
Puncak dari upaya Belanda untuk mengacaukan posisi Indonesia dalam berbagai perundingan adalah membentuk negara boneka di berbagai provinsi di Indanesia.
Apa yang dilakukan oleh Gubernur Jenderal, Van Mook adalah menggunakan kolaburator lokal untuk negara bagian boneka itu.
Paling kurang ada 6 negara bagian yang dibentuk Van Mook, terdiri dari Indonesia Timur, Jawa Timur, Madura, Pasundan, Sumatera Timur, dan Sumatera Selatan.
Selain itu ada berbagai daerah otonom yang terdapat di Kalimantan, Jawa Tengah, dan Riau yang tunduk di bawah kolaburator Sultan Hamid II dan juga menjadi bagian dari persekutuan negara-negara boneka kreasi Van Mook.
Baca juga: Tangis Haru Peringatan 18 Tahun Tsunami Aceh, Kisah Nasehat Pria Tua Berjubah Putih Sebelum Bencana
Apa yang menarik dengan Aceh adalah keteguhan Beureueh untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Beureueh yang pada saat itu menjabat Gubernur Militer Aceh, Langkat, dan Tanah Karo membakar surat itu di depan publik.
Bagi Beureueh, sikap itu bukan hanya karena soal tidak setuju, akan tetapi lebih kepada refleksi kemarahan luar biasa, karena surat Van Mook, telah menghina harga diri masyarakat Aceh.
Agresi Belanda, terutama yang ditujukan untuk menduduki wilayah Sumatera Utara, dijawab oleh Aceh dengan dua pekerjaan utama melalui tentara, pejuang, dan lasykar yang dimilliki Aceh.