Opini

Islam Peduli Stunting

Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa pada tahun 2016 sekitar 155 juta (23 persen) anak di dunia mengalami stunting

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Islam Peduli Stunting
FOR SERAMBINEWS.COM
Abdul Gani Isa, Anggota Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh/Ketua BP4 Aceh

Sehingga selama usia 8 bulan dalam kandungan, diperkirakan bayi memiliki biliunan sel syaraf dalam otaknya.

Sel-sel otak ini dibentuk berdasarkan stimulasi dari luar otak.

Stimulasi yang diberikan akan membentuk sel-sel otak sehingga otak dapat berkembang optimal.

Baca juga: BKKBN Aceh Sebut Pernikahan Dini Jadi Penyumbang Stunting

Pada saat ini perlu diperhatikan makanan dari sumber halal, dan si ibu sering membaca ayat suci Alquran.

Tentu semua orang tua mendambakan anaknya tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang cerdas, berprestasi dan bermoral.

Anak yang cerdas belum tentu tumbuh dan berkembang menjadi anak yang berprestasi, dan anak yang cerdas dan berprestasi belum tentu tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang bermoral jika tidak dididik dengan baik dan benar.

Maka, hendaklah para orang tua untuk tidak melewatkan masa ini, berikan pengasuhan dan pendidikan sebaik-baiknya kepada anak.

Makanan tidak mesti yang mewah dan mahal, tetapi makanan itu pastikan sehat dan halal.

Seperti dalam Surat al-Maidah ayat 88, yang artinya “dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”.

Stunting tidak dapat disembuhkan, tapi bisa dicegah, dengan merubah dan mempersiapkan setiap diri sejak memilih jodoh, merawat janin/bayi dalam kandungan sampai memberi ASI setelah lahir disertai pola hidup dengan makanan yang halal, dan bergizi.

Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia Indonesia, juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa.

Hal ini dikarenakan anak stunted, bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh pendek/kerdil) saja, melainkan juga terganggu perkembangan otaknya, yang mana tentu akan sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif.

Deraan kemiskinan memaksa para ibu membanting tulang, padahal di antara mereka ada ribuan ibu hamil dan ibu menyusui.

Bagi ibu menyusui kelelahan fisik dan mental akibat beban ganda yang harus dipikulnya dapat menurunkan kualitas dan kuantitas ASI.

Ini antara lain semakin banyak bayi tidak diberi ASI, di samping faktor keterbatasan waktu, dan gencarnya iklan susu formula.

Padahal ASI ditinjau dari banyak aspek adalah makanan terbaik untuk bayi dan penting untuk membangun imunitas bayi.

Lebih dari itu, pemberian ASI disyariatkan Allah swt (lihat QS.al-Baqarah: 233).

Jadi, tidak saja pola makan anak dan ibu yang tidak sehat, tetapi juga bayi.

Penerapan syariah yang kaffah berarti negara kembali menjalankan fungsinya sebagai pengurusan masyarakat, seperti menjamin pemenuhan pokok publik, menyediakan lapangan kerja, membebaskan barang milik umum dari kapitalisasi.

Hal ini jelas dengan sendirinya membebaskan keluarga dari berbagai stressor; mendorong terwujudnya pola aktivitas keluarga yang sehat; ibu terbebas dari peran ganda yang menyalahi fitrah dan beban mencari nafkah keluarga kembali berada di pundak ayah.

Hal ini akan terealisasi dengan diterapkannya sistem ekonomi Islam, serta didukung pula oleh fatwa MPU Aceh tahun 2019 tentang Pencegahan Stunting dalam Perspektif Syariat Islam.(aganiisa123@gmail.com)

Baca juga: Penanganan Stunting, Bireuen Launching Aplikasi LEUPI

Baca juga: Penanganan Stunting, Bireuen Launching Aplikasi LEUPI

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved