Opini

Menghapus Trauma Pengasuhan dalam Pernikahan

Hak dan kewajiban suami istri itu seimbang adanya, ibarat langit dan bumi, ibarat rel kereta api, ada untuk saling menopang dan mengisi

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Menghapus Trauma Pengasuhan dalam Pernikahan
FOR SERAMBINEWS.COM
HAYAIL UMROH S Psi MSi, Dosen Psikologi Keluarga Universitas Muhammadiyah Aceh, Duta Kesehatan Mental Dandiah Aceh

Al-Baqarah ayat 228 menyebutkan "Dan para perempuan mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf, dan bagi kaum laki-laki (suami) satu tingkat dari kaum perempuan (istri)".

Ayat ini hendak menyampaikan bahwa hak dan kewajiban suami istri itu seimbang adanya, ibarat langit dan bumi, ibarat rel kereta api, ada untuk saling menopang dan mengisi.

Suami berkewajiban mencari nafkah, istri berkewajiban memberi kesenangan, menjaga kehormatan dan menaati apa pun yang diridhai Allah, demikian juga dengan suami.

Umar bin Khattab ra mengutip ucapan Rasulullah saw: "Sesungguhnya aku suka berhias untuk istriku sebagaimana mereka juga menghias diri untuk aku".

Lalu Umar membaca ayat di atas.

Sementara terkait dengan kelebihan satu tingkat lakilaki dibanding perempuan ini berada pada kekhususan lelaki yang didesain Allah sebagai kepala keluarga, memiliki tanggung jawab yang besar, menjadi pencari nafkah utama.

Lelaki Allah berikan potensi memiliki dorongan kuat untuk berusaha mencari rezeki demi memenuhi kebutuhan keluarga.

Dari struktur otaknya, lelaki memiliki hipotalamus (area di otak yang mengatur rasa aman dan perlindungan) lebih tebal dari perempuan.

Pada lelaki, dorongan untuk melindungi dan memberikan rasa aman terhadap perempuan dan anak lebih tinggi.

Baca juga: BKKBN Aceh Sebut Pernikahan Dini Jadi Penyumbang Stunting

Maka tak heran jika lelaki Allah berikan otot yang lebih besar, tenaga yang lebih kuat, kemampuan berpikir dan mencari solusi yang lebih tinggi dari perempuan untuk mengayomi dan memberikan rasa aman termasuk dalam hal ekonomi, memberi nafkah dengan bahagia kepada anak dan istrinya.

Idealnya seperti ini, namun semua itu tergantung kepada pengalaman hidup yang membentuk pola pikir, pengasuhan dan pemahamannya akan keteladanan yang diterima sejak kecil dari orang tua, khususnya ayah.

Jika ia mendapatkan pengalaman dan nilai-nilai positif tentang menjaga dan menghormati perempuan, dan mencari nafkah serta memberikannya kepada istri dan anak merupakan kewajiban, maka nilai itulah yang akan mewarnai pola pikir dan perilakunya.

Walau di era modern ini tidak sedikit perempuan menjadi tulang punggung keluarga.

Ini dilihat sebagai upaya yang boleh dilakukan, karena di setiap perbuatan baik ada pahala dari Allah.

Sebagaimana disebutkan dalam surat Al-An'am ayat 132, artinya "Setiap manusia akan memperoleh derajatderajat (keseimbangan) atas apa yang dikerjakannya.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved