Breaking News

Jurnalisme Warga

Pak Kalam Daud dalam Kenangan

Pak Kalam tidak langsung fokus menuju tujuan, melainkan singgah dulu ke situs- situs sejarah sepanjang perjalanan yang belum diziarahinya

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Pak Kalam Daud dalam Kenangan
FOR SERAMBINEWS.COM
T.A. SAKTI,  Penerima Bintang Budaya Parama Dharma dari Pemerintah RI tahun 2003, melaporkan dari Dusun Lamnyong, Gampong Rukoh

Walaupun demikian, ada pula makam yang belum sempat dikunjungi, yakni kubur kakek buyut beliau (endatu) sendiri, yakni makam Teungku Muhammad Kalam.

Nama dirinya, Mohd Kalam, diambil bersempena (mengambil manfaat) dari nama Teungku Muhammad Kalam ini.

Beberapa kali “keresahan” ini pernah disampaikan kepada saya bahwa ia belum sempat ziarah ke kubur nenek moyangnya Teungku Muhammad Kalam yang berada di Gampong Lingkok dekat Kotabakti (Lam Meulo), Kecamatan Sakti, Pidie.

Seorang teman saya, Pak Muhammad Saleh, pensiunan Guru SMA Kotabakti yang pernah saya telepon baru-baru ini, menyatakan belum pernah mendengar nama almarhum Teungku Muhammad Kalam.

Padahal, teman saya ini berasal dari Gampong Lingkok, Kotabakti.

Sahabat saya lainnya, M Jafar Siddiq, pensiunan dosen Politeknik Negeri Lhokseumawe yang saya hubungi, juga tak pernah mendengar nama ulama itu di Lingkok.

Padahal, beliau berketurunan ulama kampung itu, seperti Tgk Husen yang semasa saya kecil punya dayah seumeubeuet (balai pengajian) di Lingkok.

Kegiatan lain yang diminati Pak Kalam adalah menanam tanaman berkhasiat obat/ herbal.

Di halaman rumahnya penuh sarat tanaman “apotek hidup”.

Baca juga: Pekan Tari Gunongan Berlangsung Meriah, Kawula Muda hingga Keluarga Padati Situs Sejarah Gunongan

Sampai-sampai beberapa tahun lalu terpilih sebagai Juara 3 pada Lomba Tanaman Obat Sekota Banda Aceh.

Kalau beliau pergi ke suatu tempat, waktu pulang selalu ada oleh-oleh tanaman herbal.

Saya pernah melihat beberapa tanaman yang dibawa pulang dari Sibolga (Sumut) dan Bireuen.

Bagi orang yang kurang “bersenyawa” dengan tanaman herbal tentu hobi Pak Kalam ini amat merepotkan.

Betapa tidak, sebagian tanaman obat yang dibawa pulang itu masih kecil-kecil, bahkan berupa bijinya.

Hal ini tentu membutuhkan masa pemeliharaan yang lama, seperti menyiram, merawat, dan menghalau kambing yang merapat.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved