Gempa Turkey

Kisah Korban Gempa Turki-Suriah: Tidak Ada yang Keluar Hidup-Hidup, Lebih Buruk dari Pengeboman

“Saya di depan puing-puing bangunan yang runtuh. Sayangnya, tidak ada yang keluar hidup-hidup tadi malam,” laporan jurnalis Resul Serdar.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Amirullah
AFP/Adem ALTAN
Tim penyelamat dan warga sipil Turkiye mencari korban selamat di bawah reruntuhan bangunan yang runtuh di Kahramanmaras, dekat pusat gempa, Selasa (7/2/2023). 

Sementara 1.262 jiwa meninggal telah dicatat di wilayah yang dikuasai pemerintah Suriah.

Di Turki, jumlah korban telah meningkat menjadi setidaknya 12.873, menurut Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat Turki (AFAD) pada Kamis. 

Badan-badan bantuan telah memperingatkan jumlah korban kemungkinan akan meningkat secara signifikan, terutama di Suriah.

Hal itu terjadi karena tim pencarian dan penyelamatan masih menggali puing-puing ribuan bangunan yang runtuh di tengah kondisi cuaca yang dingin, serta dihadapkan dengan risiko gempa susulan.

Puluhan ribu orang telah dilaporkan terluka di seluruh wilayah, menurut pejabat.

Mesut Hancer memegang tangan putrinya yang berusia 15 tahun, Irmak, yang meninggal dalam gempa dahsyat berkekuatan 7,8 SR guncang Turki pada Senin (6/2/2023) dihi hari WIB.
Mesut Hancer memegang tangan putrinya yang berusia 15 tahun, Irmak, yang meninggal dalam gempa dahsyat berkekuatan 7,8 SR guncang Turki pada Senin (6/2/2023) dihi hari WIB. (ADEM ALTAN / AFP)

Jurnalis dari Al Jazeera berbicara dengan dua wanita pengungsi Suriah, yang tinggal di kota Reyhanli di provinsi Hatay, dekat perbatasan dengan Suriah.

Keduanya merupakan korban dalam perang di Suriah dan telah melarikan diri melintasi perbatasan tujuh tahun lalu, untuk mencari keselamatan bagi anak-anak mereka .

Beginilah cara mereka menggambarkan situasinya saat terjadi gempa.

Um Hadi, ibu empat anak

Saat gempa pertama terjadi, kami mengunjungi Um Khalid.

Kami merasa rumah itu akan menelan kami, kami merasa kami akan mati. Listrik padam, tetapi kami berhasil lari keluar.

Tangisan, ratapan, ketakutan, dingin, dan hujan! Itu lebih buruk dari pengeboman di Suriah, lebih buruk dari jet tempur.

Saat jet datang untuk mengebom, Anda mendengarnya, Anda tahu mereka akan datang, Anda bisa bersembunyi.

Dengan gempa bumi, Anda tidak tahu kapan akan terjadi.

Kami keluar dan berlindung di bawah pohon dalam cuaca dingin, karena bumi terus berguncang.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved