Gempa Turkey

UPDATE Korban Meninggal Gempa Turki Lampaui 16.000 Jiwa, Warga Suriah: Lebih Buruk dari Pengeboman

Menurut pihak berwenang, setidaknya 16.035 jiwa telah dilaporkan meninggal akibat gempa tersebut. Umumnya mereka meninggal tertimpa bangunan.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Amirullah
Aaref WATAD / AFP
Petugas penyelamat membawa seorang anak laki-laki yang mereka temukan dari puing-puing bangunan setelah gempa bumi 7,8 SR guncang Turki dan Suriah pada 6 Februari 2023 subuh waktu setempat. 

Toko roti tidak buka. Bahkan jika Anda ingin membeli roti, Anda tidak dapat menemukannya.

Saya berkeliling ke seluruh kota mencari makanan untuk anak-anak kami dan tidak dapat menemukan apa pun kecuali biskuit dan samoon [sejenis roti], dan itu juga mahal.

Harga segala sesuatu melonjak dua hingga tiga kali lipat. Saya membeli lilin untuk penerangan di malam hari; sekarang 15 lira [Rp 12 ribu], dulu 4 lira [Rp 3 ribu].

Masih belum ada listrik, belum ada air mengalir, belum ada gas, belum ada bahan bakar.

Rumah sakit semua rusak. Ada juga orang yang tewas akibat gempa tersebut. Kami mendengar menara salah satu masjid jatuh menimpa sebuah mobil tempat sebuah keluarga berlindung dan itu menewaskan mereka.

Ada korban lain juga, tapi tidak sebanyak Antakya. Di sana, banyak sekali yang meninggal, kebanyakan dari mereka adalah warga Suriah.

Dan di Suriah, situasinya bahkan lebih buruk. Begitu banyak yang meninggal. Saya juga kehilangan beberapa kerabat.

Um Khalid, ibu tiga anak

Syukurlah kita masih hidup. Tapi kami sudah duduk di luar dalam cuaca dingin dan hujan sejak Senin pagi sekarang.

Anak-anak saya bersama kami dalam suhu beku ini. Mereka takut, mereka gemetar karena kedinginan di depan mataku, satu sudah sakit. Ya Tuhan kasihanilah kami.

Saya telah kehilangan saudara dalam gempa bumi. Sepupu saya kehilangan istri dan anak-anaknya; saudara saya lainnya kehilangan anak-anaknya di Suriah. Begitu banyak orang meninggal.

Kami tidak berani masuk ke dalam rumah kami. Saya tinggal di lantai pertama dan saya masih takut.

Bangunan itu tidak runtuh tetapi rusak. Dan mereka memberi tahu kami bahwa gedung bertingkat itu tidak aman dan kami tidak boleh masuk.

Tidak ada listrik, tidak ada air mengalir. Kami membeli air untuk diminum. Sebuah truk kecil datang dan menjualnya seharga 15 lira [Rp 12 ribu] per botol. Mereka semua memanfaatkan situasi.

Kemarin malam, pihak berwenang datang dan membagikan satu samoon (rotoi) per keluarga. Bayangkan, satu samoon untuk kita berempat.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved