Wali Kota Barcelona Putuskan Hubungan Dengan Israel, Dicap Sebagai Negara Apartheid ke Palestina

Mereka menunjuk pada kebijakan diskriminatif di dalam Israel dan di Jerusalem Timur yang dianeksasi , blokade Israel di Jalur Gaza , yang telah dikuasai oleh kelompok Hamas sejak 2007.

Selanjutnya kontrol berkelanjutan atas Tepi Barat dan pembangunan permukiman Yahudi yang sebagian besar dianggap ilegal.

Terpilihnya pemerintahan garis keras baru Israel, yang didominasi oleh kaum ultranasionalis yang menentang kemerdekaan Palestina, menambah kekhawatiran ini.

Baca juga: Perdana Menteri Israel Serukan Warga Sipil Yahudi Bawa Senjata, Dua Mobil Warga Palestina Dibakar

Orang-orang Palestina mencari Tepi Barat, Jerusalem Timur dan Jalur Gaza, daerah yang direbut oleh Israel pada tahun 1967, untuk negara merdeka di masa depan.

Israel mengatakan warga Arabnya sendiri, yang merupakan sekitar 20 persen dari populasi, menikmati hak yang sama.

Seperti hak untuk memilih, dan telah mencapai eselon atas bisnis, hiburan dan hukum.

Dia menganggap Tepi Barat sebagai wilayah yang disengketakan yang statusnya harus diselesaikan melalui negosiasi.

Netanyahu mengatakan pihaknya menarik diri dari Jalur Gaza pada 2005, dua tahun sebelum Hamas merebut kendali.

Kementerian Luar Negeri Israel menyebut keputusan Barcelona "disayangkan" dan mengklaim itu bertentangan dengan keinginan mayoritas penduduk kota.

"Keputusan itu memberikan dukungan kepada ekstremis, organisasi teroris, dan antisemitisme," katanya.

“Persahabatan antara Israel dan Barcelona sudah berlangsung lama, dan didasarkan pada budaya dan nilai bersama," klaimnya.

"Bahkan keputusan yang tidak menguntungkan ini tidak akan merusak persahabatan ini,” katanya.(*)